Blambangan International Carnival


Oleh A. Choliq Baya

BERBAGAI upaya untuk memperkenalkan potensi Bumi Blambangan ke dunia internasional terus dicoba dan dilakukan. Sebab, daerah ini memang sangat kaya potensi alam, aneka kuliner, seni, dan budaya. Semua potensi yang ada itu, kalau kita pandai mengemas, pasti bisa dijual kepada para wisatawan, baik lokal maupun internasional. Imbasnya, nama Banyuwangi beserta potensi yang dimiliki akan semakin dikenal. Di samping itu, akan ada tambahan pemasukan dari sektor pariwisata yang bisa digunakan untuk membangun daerah ini agar lebih maju dan berkembang.

Apalagi, saat ini Banyuwangi sudah memiliki bandara udara dengan armada pesawat yang bisa mengangkut 48 penumpang. Sehingga, bisa diandalkan untuk menarik para wisatawan dan investor yang berminat datang untuk menanam dan membelanjakan uangnya di bumi berjuluk The Sun Rise of Java ini. Tinggal sekarang potensi apa yang diharapkan bisa dikemas dan dijual untuk dijadikan pengungkit agar para wisatawan itu secara kontinu datang ke Banyuwangi.

Inilah yang sekarang sedang digodok Pemkab Banyuwangi bersama para stake holder, khususnya kalangan seniman dan budayawan. Salah satu upaya yang kini sedang disiapkan adalah membuat even berskala internasional. Even besar itu diharapkan bisa digelar secara berkesinambungan setiap tahun dan menjadi kalender wisata andalan. Even itu diharapkan pula bisa menjadi ikon Banyuwangi sebagaimana yang dilakukan daerah lain. Seperti tetangga kita punya even spektakuler Jember Fashion Carnival (JFC), Solo Batik Carnival (SBC), Tomohon Flower Festival (TFF), Jogja Java Carnival (JVC), dan lain sebagainya. Nanti juga bisa menandingi even spektakuler di luar negeri, seperti Pasadena Chalk Festival (PCF) di AS atau Modern Brazilian Carnival (MBC) di Brazil.

Untuk merintis even berkelas internasional, pekan kemarin Bupati Banyuwangi mengumpulkan para seniman dan budayawan di pendapa kabupaten untuk dimintai masukan. Dalam forum itu juga dihadirkan Presiden Direktur JFC, Dynand Mirza, untuk memberi wawasan dan kiat-kiat jitu bagaimana cara mengeksplor seni budaya lokal menjadi tontonan menarik yang bisa memikat wisatawan untuk datang. Visualisasi even JFC yang sudah go international juga ditampilkan dengan harapan bisa memotivasi dan menginspirasi para seniman dan budayawan Banyuwangi menciptakan even menarik berskala internasional.

Sayangnya, tanggapan dan masukan dari para seniman dan budayawan di forum itu banyak yang kurang nyambung. Harapan untuk memperoleh masukan yang bisa mewujudkan even berskala internasional tampaknya tidak bisa fokus. Yang lebih banyak muncul justru ego sektoral, merasa diri maupun kelompoknya paling mampu dan sudah berbuat banyak. Bahkan, forum itu juga dijadikan ajang untuk menghujat, merendahkan, dan meremehkan, kelompok lain yang sama-sama berkiprah untuk memajukan seni budaya di negeri ini. Termasuk, juga kurang bisa menghargai karya spektakuler para seniman lain.

Kalau situasinya seperti ini terus berlanjut, saya tidak yakin mereka mampu diamanahi mengelola event besar berskala internasional. Yang muncul justru saling sikut dan lebih mengedepankan ego. Oleh karena itu, sudah saatnya para seniman dan budayawan yang biasanya dikenal sangat santun, saling bersatu dan tidak memelihara perpecahan dan perseteruan. Mari kita tunjukkan karya nyata kita untuk negeri ini.

Selanjutnya, terkait persiapan even berskala internasional yang diharapkan bisa dimulai tahun ini, akan lebih efektif ditangani tim kecil dengan dipandu pentolan JFC yang sudah berpengalaman. Misalnya, memilah seni budaya apa saja yang bisa dikemas dan dijual untuk pasar internasional. Bagaimana cara mengemas dan menjualnya? Apa nama even yang bakal dijadikan ikon agenda wisata spektakuler Banyuwangi? Kapan waktu yang tepat menggelar even itu? Bagaimana cara mengorganisirnya?

Mengenai nama dan waktu, sudah ada beberapa usulan yang masuk, di antaranya nama event harus mudah dikenal dan ngetren. Artinya, sedang banyak digunakan untuk nama even sejenis di beberapa negara. Akhirnya muncul nama Banyuwangi International Carnival dan Blambangan International Carnival. Waktunya antara bulan September dan Oktober. Alasannya, menyangkut persiapan penyelenggaraan, waktu peak season wisman, dan lain-lain.

Mengenai seni budaya lokal apa yang dieksplor dalam even tersebut, saat ini sedang didalami dan digodok tim kecil. Yang jelas, tidak semua kekayaan seni Budaya Banyuwangi bisa dieksplor dan dijual di even besar. Sebab, ada yang harus dikolaborasi dengan unsur lain agar layak jual. Seni budaya yang tidak masuk even ini tetap diakomodasi agar bisa tampil seperti biasa di ajang Festival Kuwung.

Kita semua berharap agenda even berskala internasional bernuansa seni budaya asli Banyuwangi itu terwujud mulai tahun ini. Tujuannya, bisa menarik para wisatawan dari dalam dan luar negeri untuk datang ke Banyuwangi menyaksikan even besar tersebut. Multiplier effect lain yang diharapkan, para wisatawan bisa melihat potensi Banyuwangi yang lain, di antaranya aneka wisata alam yang cukup eksotik; seperti Gunung Ijen, Pantai Plengkung, Pantai Sukamade, aneka satwa langka di Alas Purwo, Baluran, Meru Betiri, dan tempat-tempat wisata lain.

Bila mereka terkesan dengan aneka suguhan yang ditampilkan di even besar maupun tempat-tempat wisata yang dikunjungi, berarti misi mengenalkan sekaligus mengangkat potensi daerah ini ke dunia luar berhasil. Sebab, dari sini mereka pasti akan bercerita kepada para kerabatnya di luar negeri tentang kepuasaan yang didapat saat mengunjungi Bumi Blambangan. Tentu itu sebuah promosi gratis yang cukup membantu mengenalkan Banyuwangi kepada dunia luar. Di samping itu, para stake holder juga tak lupa tetap mempromosikan aneka potensi Banyuwangi lewat berbagai cara dan berbagai media.

Lantaran even ini baru kali pertama digelar dengan persiapan waktu yang sangat pendek, tentu kita harus menyadari manakala nanti masih banyak kekurangan. Termasuk, masih belum bisa mendatangkan wisatawan secara maksimal mengingat even ini baru diperkenalkan. Tetapi, seiring perjalanan waktu pasti akan banyak penyempurnaan, baik dari sisi pengorganisasian even maupun kreasi seni budaya yang ditampilkan.

Oleh karena itu, pihak-pihak terkait yang peduli kemajuan Banyuwangi hendaknya tidak tinggal diam. Terlebih lagi leading sector penggerak even yang ada di Pemkab Banyuwangi, yakni Dinas Pariwisata, harus lebih pro-aktif melakukan terobosan dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Apakah itu dengan praktisi pariwisata, seperti pemandu wisata, biro perjalanan, pemilik rumah makan, hotel, seniman, budayawan, media massa, dan lain sebagainya. Semua diharapkan bisa memberikan pelayanan terbaik kepada wisatawan yang akan berkunjung ke Banyuwangi.

Semoga beberapa upaya yang telah dirintis untuk mengangkat potensi daerah ini ke level internasional terwujud dan membawa manfaat bagi kemajuan Banyuwangi di masa depan. (cho@jawapos.co.id)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prostitusi Kota Santri

Wartawan Abal-Abal

Promosi di Media Berkelas