Promosi di Media Berkelas


Oleh: A. Choliq Baya

BEBERAPA hari terakhir ini, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas terlihat sering me-mamerkan beberapa majalah dan buku yang memuat tentang seni budaya, tempat wisata dan be-berapa even khas yang digelar di Banyuwangi. Terutama kepada para tamu, kolega, teman maupun para undangan saat ia meng-hadiri sebuah acara. Beberapa media cetak yang dipamerkan itu sebagian besar milik operator maskapai penerbangan seperti majalah Merpati, Garuda dan Lionmag. Tak ketinggalan buku Pelangi Budaya Banyuwangi terbitan JP Books yang berisi berbagai tradisi budaya masyarakat Banyuwangi juga ikut dikenalkan dan diberikan kepada para koleganya.

Anas merasa bangga beberapa potensi wisata dan seni budaya Banyuwangi bisa diliput dan ditampilkan di media berkelas. Di antaranya liputan wisata kawah gunung Ijen yang konon view-nya paling eksotik di dunia dan pantai Plengkung yang juga menjadi surganya para peselancar dunia. Ada pula liputan tari Jejer Gandrung dengan disertai foto-foto cantik para penarinya. Juga ada liputan khusus sosok Setiawan Subekti, ahli kopi internasional yang juga pemilik Sanggar Genjah Arum di Desa Wisata Kemiren Kecamatan Glagah.

Satu lagi yang paling mencolok dan mendapat porsi liputan cukup panjang adalah even Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) yang digelar pada 22 Oktober 2011 lalu. Bahkan, majalah Merpati dan Lionmag menjadikan foto-foto terbagus dari even BEC itu sebagai cover halaman depan. Di dalamnya juga ada liputan khusus sampai tiga halaman dengan foto-foto full colour, cukup menggugah selera pembaca. Apalagi, penampilan peserta berikut kemasan even BEC yang baru pertama kali digelar itu jelasnya tak kalah dengan even serupa yang digelar di beberapa daerah, termasuk di luar negeri.

Selain itu, majalah Garuda yang terbit dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris, selama lima edisi juga menyajikan liputan potensi wisata alam dan budaya Banyuwangi. Hal ini tentu sangat menguntungkan, sebab majalah yang selalu tersedia di balik kursi pesawat Garuda dan beberapa hotel berbintang ini bisa menjaring para turis untuk datang ke bumi Blambangan. Apalagi, maskapai penerbangan plat merah ini cukup banyak melayani rute penerbangan ke luar negeri. Ini berarti, potensi wisata Banyuwangi yang dimuat di majalah itu juga akan dibaca oleh para penumpang Garuda dari berbagai bangsa. 
 
Bupati Anas di beberapa kesempatan mengakui, kalau dia memang punya keinginan besar untuk mengangkat potensi Banyuwangi agar bisa segera go international alias cepat dikenal ke seluruh jagat. Dengan begitu, harapannya akan banyak investor dan wisatawan dalam negeri maupun luar negeri yang datang untuk membelanjakan maupun menanamkan uangnya ke bumi berjuluk the sun rise of Java. Hal ini juga diharapkan bisa mendongkrak pendapatan daerah maupun kesejahteraan masyarakat.

Karena itu, tak heran kalau bupati yang baru menjabat satu tahun dua bulan ini sangat peduli dengan yang namanya promosi potensi daerah maupun program-program kerjanya melalui media massa. Tentu tidak hanya media cetak dan elektronik saja yang dijadikan sasaran untuk menyosialisasikan segala sesuatu yang bisa mendongkrak kemajuan Banyuwangi, tapi juga media online. Ia menjadi sangat rewel, bahkan marah besar manakala melihat website milik Pemkab Banyuwangi atau SKPD yang berada dalam naungannya terlihat tidak menarik.

Di samping itu, untuk mengenalkan potensi Banyuwangi ke luar daerah, bupati beserta jajarannya juga seringkali menggelar beberapa even besar dan agak unik. Seperti menggelar fam trip dengan para pelaku wisata dan wartawan, menggelar BEC, nyapu bareng dengan areal terpanjang (107 km), menyangrai kopi dengan peserta terbanyak (240 orang), keduanya tercatat dalam Museum rekor Indonesia (MURI), dan masih banyak lagi. Semua itu dimaksudkan untuk mengangkat nama Banyuwangi agar semakin dikenal di luar.

Dengan menggelar kegiatan-kegiatan besar dan unik, biasanya media massa tertarik untuk meliputnya. Kalau sudah diberitakan di media massa, tentu dampaknya cukup besar. Apalagi, bila beritanya muncul di media online, orang dari seluruh penjuru dunia pun akan bisa membacanya. Bahkan, kalau mereka masih penasaran dengan potensi yang dimiliki Banyuwangi, mereka bisa browsing di internet untuk mendapatkan informasi seperti yang diharapkan. Dampak seperti inilah yang diharapkan oleh bupati.

Meski apa yang dilakukan sudah mulai membuahkan hasil, masih ada masalah yang perlu mendapat solusi secepatnya. Terutama terkait dengan sarana maupun infrastruktur penunjang agar tamu yang datang ke Banyuwangi tidak kecewa. Sebab, ada kasus menarik yang diceritakan seorang teman terkait dengan kekecewaan yang dialami turis. Turis itu datang ke Banyuwangi dengan tujuan ingin mendaki ke kawah Ijen. Dengan berbekal informasi dari internet dan buku panduan wisata, ternyata ia tidak mendapatkan kendaraan angkutan dari terminal menuju ke Licin ataupun Paltuding (pintu masuk ke Gunung Ijen) sebagaimana tertera dalam buku panduan. Ini berarti info di dalam buku panduan wisata tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Hal ini sangat menyesatkan para turis dan bisa merusak reputasi Banyuwangi yang sudah dibangun dengan susah payah.

Belum lagi masalah lain yang juga bisa menjadi penghambat para turis maupun investor datang ke sini. Di antaranya jadwal penerbangan dari dan ke Banyuwangi yang belum bisa terlayani setiap hari, bahkan jam keberangkatan dan kedatangan pesawat masih sering berubah-ubah. Infrastruktur jalan menuju ke beberapa lokasi wisata masih banyak yang rusak. Belum terlihat kemajuan yang signifikan adanya paket wisata ke Banyuwangi yang dibuat oleh travel agent. Termasuk, belum ada kesatuan pandang di antara travel agent untuk mempromosikan tempat wisata di Banyuwangi. Sehingga, promosi yang telah dibangun melalui media massa maupun beberapa even unik kurang mendapatkan hasil optimal.

Karena itu, segala upaya yang telah dilakukan oleh Pemkab Banyuwangi hendaknya ditindaklanjuti dengan sungguh-sungguh dan tidak berhenti sampai di sini saja. Misalnya, kalau Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) dulu pernah mengajak fam trip beberapa travel agent yang ada di Surabaya, Malang dan Bali mengunjungi obyek wisata di Banyuwangi, hendaknya terus diajak komunikasi. Terutama terkait dengan pembuatan paket wisata ke Banyuwangi. Segala kebutuhan yang bisa mendukung terwujudnya paket perjalanan wisata ke Banyuwang perlu mendapat perhatian serius.

Salah satu agenda yang dulu pernah dijanjikan bupati agar wisata di Banyuwangi bisa bersinergi dengan pariwisata Bali, menggelar even Banyuwangi Night di Bali. Di even itu Pemkab Banyuwangi bisa mengundang sekitar 325 travel agent wisata yang memiliki jaringan ke seluruh dunia. Tujuannya, terjadi connecting di antara travel agent maupun pelaku wisata lain untuk membuat paket wisata sekaligus mempromosikan tempat-tempat wisata di Banyuwangi. Sayangnya, sudah hampir setahun janji itu belum direalisir.

Harapan kita, segala bentuk promosi yang telah dicanangkan untuk mendongkrak potensi yang ada di Banyuwangi hendaknya juga diimbangi dengan kesiapan infrastruktur dan perangkat penunjang yang memadai. Jangan sampai promosinya sudah tancap gas, tapi potensi yang ditawarkan malah belum sempat dibenahi atau belum siap menyambut para tamunya dengan servis memuaskan. Semoga hal ini tidak terjadi lagi. (cho@jawapos.co.id)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prostitusi Kota Santri

Wartawan Abal-Abal