BEC Mulai Menggeliat


Oleh: A. Choliq Baya

GAUNG persiapan agenda akbar Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) yang bakal digelar pada 22 Oktober mendatang mulai terlihat dinamis. Selain persiapan teknis yang menyangkut persiapan acara dan penampilan peserta, panitia juga mulai kembali menggelar rapat koordinasi dengan beberapa pihak terkait. Selain itu, panitia juga sudah mulai melakukan promosi di beberapa media massa seperti surat kabar, radio dan internet. Termasuk promosi secara out door dengan memasang baliho di beberapa sudut jalan. Tak ketinggalan, kantor kecamatan juga diperintahkan untuk membantu membuat baliho dan memasangnya di tempat-tempat strategis untuk menyosialisasikan adanya even berkelas internasional ini. 

Adanya semangat dan peningkatan mobilitas kerja panitia yang cukup drastis ini, diantaranya tak lepas dari pengaruh catatan kritis saya di kolom ini minggu lalu. Termasuk juga setelah mendapat warning melalui telepon dari Bupati Abdullah Azwar Anas yang kini sedang menempuh studi singkat di negara Paman Sam selama sebulan. Hal ini diakui oleh beberapa pejabat tinggi di Pemkab Banyuwangi. Intinya, panitia harus menyosialisasikan rencana penyelenggaraan even BEC ini, termasuk persiapannya kepada masyarakat luas.

Dalam rapat koordinasi antara panitia dengan beberapa instansi terkait di kantor Pemkab Banyuwangi Rabu lalu, beberapa pihak ada yang terkesima dengan penanganan agenda yang harus dipersiapkan. Mengingat, agenda acaranya cukup besar dengan mengundang tamu dari beberapa daerah di luar Banyuwangi, termasuk dari ibu kota Jakarta. Termasuk pengamanan jalannya acara yang diperkirakan akan dihadiri puluhan ribu massa di sepanjang jalan yang akan dilalui untuk pawai, mulai dari Taman Blambangan hingga Gedung DPRD Banyuwangi.

Terutama pengamanan kepada peserta BEC yang menggunakan kostum dengan desain sangat atraktif. Untuk kostum yang dikenakan peserta agar tidak tersangkut penonton maupun benda lain saat naik ke atas panggung, paling tidak harus ada dua orang yang membantu mengamankan. Apalagi, bila kostumnya memiliki berat, panjang dan bentuk yang tidak lazim, tentu akan menyulitkan pesertanya sendiri kalau tidak dibantu pengamanannya. Belum lagi kalau ada penonton yang menerobos ke arena ingin foto bersama peserta BEC. 

Saat ditunjukkan foto-foto hasil work shop di Gedung Diklat, Desa Tamansari, Kecamatan Licin mengenai desain kostum yang akan dikenakan peserta nanti, sebagian undangan menilai kalau acara BEC nanti tak kalah semarak dengan even karnaval serupa di tempat lain. Meskipun agenda berkelas dunia ini baru pertama kali digelar di Banyuwangi, panitia harus benar-benar mempersiapkannya dengan all-out. Karena itu, yang namanya promosi, pengamanan dan jalannya acara harus dipersiapkan secara maksimal sejak dini agar hasilnya bisa optimal.

Bahkan, Komandan Pangkalan TNI-AL Banyuwangi Letkol Laut (P) E.V. Nurrokhman dengan tegas menyampaikan, bila anggaran promosi untuk kegiatan ini hanya setengah-setengah mending tidak perlu diadakan sekalian. Apalagi agenda BEC ini nantinya akan dijadikan kalender wisata tahunan yang bisa menarik para wisatawan untuk datang ke Bumi Blambangan. Di samping itu, multiplier effect-nya juga diharapkan bisa membawa manfaat di sektor lain, khususnya yang bisa meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.  

Memang, untuk agenda BEC yang pertama ini, sepertinya sangat sulit bisa mendatangkan banyak wisatawan, khususnya dari manca negara. Sebab, selain pelaksanaan agenda ini waktunya tidak bersamaan dengan peak season turis asing, para biro travel yang biasanya mengatur perjalanan wisata para turis asing di Indonesia masih belum membuat paket khusus nonton BEC. Mengingat, agenda ini baru pertama dan belum pernah dikenal. 

Meski demikian, kita masih bisa berharap ada luberan turis asing yang berlibur di Pulau Dewata untuk datang menyaksikan BEC. Karena itu, seperti yang saya usulkan dalam catatan di koran ini minggu lalu, panitia bisa berpromosi di Bali dengan memasang baliho atau menyebar brosur di tempat-tempat strategis. Termasuk, bekerja sama dengan biro travel untuk menginformasikan adanyan even BEC di bumi berjuluk The Sun Rise of Java

Selain sosialisasi dan promosi agenda BEC, para stake holder yang terkait dengan agenda BEC juga harus mendukung dan ikut melakukan promosi. Diantaranya yang juga bisa menarik minat para turis untuk datang ke Banyuwangi melihat BEC adalah adanya program diskon (potongan harga) untuk transportasi, akomodasi dan konsumsi. Panitia sudah bekerjasama dengan pemilik restoran dan hotel anggota PHRI agar memberi potongan harga kepada para tamu atau pelanggannya pada saat berlangsungnya even BEC.

Selain itu, pemilik usaha transportasi seperti travel antar kota, taksi, angkot, maskapai penerbangan dan PT Kereta Api, seharusnya juga diimbau memberikan potongan harga tiket kepada penumpang saat berlangsungnya BEC. Paling tidak, potongan harga untuk transportasi, akomodasi dan konsumsi itu diberikan pada H-2 hingga H+3 pelaksanaan BEC. Dan, akan lebih baik manakala pemilik usaha yang memberikan potongan harga itu juga ikut mempromosikan program itu kepada publik agar kepedulian dan partisipasi terhadap suksesnya penyelenggaran BEC benar-benar terlihat konkret.

Bahkan, kalau dari promosi  yang dilakukan sejak jauh hari itu ternyata berefek pada peningkatan arus kunjungan wisata ke Banyuwangi, maka para pemilik usaha transportasi bisa menambah lagi armadanya. Misalnya, arus penerbangan yang biasanya hanya dilayani sehari sekali, bisa ditambah lagi jadwal penerbangan maupun pesawatnya, itupun kalau memungkinkan. Begitu pula dengan kereta api maupun armada travel antar kota seperti dari Surabaya, Denpasar, Malang ataupun Jember menuju Banyuwangi, juga bisa menambah gerbong maupun armadanya. Kalau nantinya kenyataan ini terjadi, berarti akan banyak pihak yang diuntungkan dalam even BEC. 

Apalagi, dalam even yang diikuti 320 peserta lokal ini panitia telah menyiapkan undangan khusus sekitar 1500 orang dari berbagai kalangan dan daerah. Mulai dari para pejabat eksekutif dan legislatif dari Jakarta, Jawa Timur hingga Banyuwangi. Juga, pemilik biro perjalanan wisata, travel agen, hotel, restoran, pengelola obyek wisata, dan instansi terkait. Tak ketinggalan para budayawan, wartawan dan fotografer dari dalam dan luar negeri juga diundang dan disediakan tempat khusus untuk mengabadikan momen yang diharapkan bisa mendongkrak potensi wisata Banyuwangi ke level internasional.

Melihat undangan dari luar daerah yang begitu banyak, panitia atau Pemkab Banyuwangi, seharusnya juga bisa memanfaatkan peluang yang ada. Diantaranya mengeksplor segenap potensi yang dimiliki oleh Banyuwangi. Diantaranya, dengan menunjukkan berbagai tempat wisata, kuliner, kerajinan, seni budaya dan potensi yang lain kepada undangan. Kalau tidak bisa memperkenalkan secara langsung karena terbatasnya tempat dan waktu, masih ada cara lain, yaitu melalui brosur, buku ataupun rekaman DVD yang dikemas sebagai suvenir. Ini merupakan promosi yang efektif karena diberikan kepada para undangan yang kebanyakan pengamat, penikmat dan pengelola pariwisata.  

Semoga semangat panitia pelaksana yang mulai menggeliat dalam mengupayakan suksesnya penyelenggaraan BEC ini tidak kendur, melainkan terus dinamis. Termasuk, dalam menciptakan beberapa inovasi dan kreasi tambahan yang diharapkan bisa lebih meningkatkan kualitas even BEC serta tujuan utama yang ingin dicapai. (cho@jawapos.co.id)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prostitusi Kota Santri

Wartawan Abal-Abal

Promosi di Media Berkelas