Kurang Promosi, BEC Tak Optimal
Oleh: A. Choliq Baya
RENCANA menggelar even akbar Banyuwangi
Ethno Carnival (BEC) yang beberapa waktu lalu sering dilontarkan Bupati
Abdullah Azwar Anas di dalam setiap kesempatan, hingga masih belum terasa
gaungnya. Padahal, even yang diharapkan bisa mengangkat Banyuwangi go international itu waktu pelaksanaannya
sudah bulan depan, tepatnya pada 22 Oktober 2011. Namun, untuk menghasilkan
sebuah karya spektakuler yang diharapkan bisa menarik ratusan ribu wisatawan
dalam dan luar negeri, rasanya masih sangat jauh. Gebrakan dan upaya signifikan
dari panitia pelaksana ataupun instansi terkait yang bisa meyakinkan berbagai
pihak hingga kini hampir tak terlihat wujudnya.
Persiapan secara teknis maupun non teknis, selain masih
belum terlihat aktivitasnya secara mencolok, agendanya juga molor dari yang
sudah diplot sebelumnya. Ini menunjukkan leading
sector yang menjadi pengendali even ini yaitu Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan (Disparbud) Banyuwangi, bergerak sangat lamban. Beberapa gagasan
dari hasil hearing dan sharing yang sudah disepakati dengan
beberapa pihak terkait, tak kunjungi direalisasikan. Padahal, pertemuan membahas
gawe akbar dengan instansi terkait
itu sudah beberapa kali dilakukan, bahkan sudah dimulai sejak bulan Juni lalu.
Anehnya, tak ada kemajuan yang cukup berarti. Alasan klasik yang sering
dikemukakan oleh pihak Disparbud karena belum cairnya anggaran.
Untuk rekrutmen peserta dan workshop yang sebelumnya sudah diagendakan pada awal hingga
pertengahan Agustus lalu, sudah dipastikan molor waktunya. Panitia baru akan
menggelar workshop untuk peserta BEC
yang sebagian besar direkrut dari 47 sekolah se-Kabupaten Banyuwangi itu pada
19-23 September mendatang bertempat di Gedung Diklat Desa Tamansari Kecamatan Licin.
Dalam workshop itu peserta akan
dilatih seputar dasar koreografi, tari, desain kostum dan ekspresi. Total
peserta yang akan mengikuti diklat ada 383 orang, 60 orang dari masyarakat
umum, sisanya pelajar. Itupun masih ada proses penyusutan peserta menjadi 300 orang.
Sebab, saat BEC berlangsung masih ada tambahan 100 peserta lagi yang sudah siap
tampil di bawah koordinasi manajemen Jember Festival Carnival (JFC).
Lambannya panitia tidak hanya pada persiapan teknis saja,
tapi secara non teknis yang urusannya lebih mudah juga belum tersentuh sama
sekali. Terutama terkait dengan promosi agar agenda ini benar-benar bisa
mendatangkan pengunjung cukup banyak. Padahal, terkait dengan promosi dan
pembuatan logo BEC, itu merupakan rekomendasi dari hasil rapat panitia dengan
instansi terkait sebelum Ramadan atau pada Juli lalu. Anehnya, hingga kini logo
dan promo BEC belum tersentuh atau digarap sama sekali.
Salah satu bentuk promosi yang paling mudah dan murah
adalah melalui website. Panitia bisa
menggunakan website milik Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan ataupun milik Pemkab Banyuwangi. Ini salah satu cara
cukup efektif untuk bisa menarik wisatawan, terutama dari mancanegara. Bila
agenda BEC itu diketahui jauh-jauh hari, lalu mereka berminat datang pasti akan
mempertimbangkan sekaligus mempersiapkan diri untuk mengatur agenda wisatanya.
Termasuk, para pemilik travel agent
yang menangani bisnis pariwisata.
Sedang untuk menyemangati warga Banyuwagi sekaligus
menginformasikan akan digelarnya agenda akbar berkelas internasional, paling
tidak panitia juga memasang baliho, banner ataupun spanduk di berbagai sudut
jalan di kota ini. Bahkan, kalau memungkinkan juga dipasang di beberapa daerah
yang memiliki potensi wisata cukup strategis seperti Bali dan kota-kota besar
di Indonesia. Termasuk, juga berpromosi di media lokal, baik cetak maupun
elektronik.
Apalagi, banyak warga Banyuwangi yang belum tahu esensi
yang sebenarnya dari agenda akbar BEC. Jangankan masyarakat umum, para seniman
dan budayawan, termasuk para wartawan yang biasanya tahu lebih dulu, masih
banyak yang belum paham. Visi dan misi dari BEC ini sebenarnya bagaimana dan
seperti apa? Sebab, banyak suara-suara sumbang, pro kontra dan
kritikan-kritikan pedas terhadap rencana digelarnya agenda ini. Ada yang
khawatir BEC justru akan mengerdilkan ciri khas seni budaya asli Banyuwangi
bila bentuk acaranya seperti JFC yang mengusung tema-tema budaya dari luar
daerah.
Sebenarnya seperti apa detailnya misi dan visi BEC,
termasuk seni budaya asli Banyuwangi yang akan dikenalkan ke khalayak nanti
melalui event akbar ini? Ada pula yang mempertanyakan, kenapa para budayawan
dan seniman tidak banyak dilibatkan dalam kegiatan BEC? Apa pula bedanya dengan
Festival Kuwung yang digelar pada saat hari jadi Banyuwangi (harjaba) pada
bulan Desember yang berisi pawai seni budaya Banyuwangi? Hingga kini belum ada
gambaran yang gamblang.
Disparbud seharusnya jauh hari sudah menyiapkan
penjelasannya untuk mengeliminir terjadinya polemik. Agar lebih mudah dicerna
para wartawan sekaligus bisa disosialisasikan ke masyarakat, paling tidak ada
proposal yang didalamnya terdapat maksud, tujuan, maupun visi dan misi dari
BEC. Anehnya, Disparbud tak pernah menyiapkan proposalnya. Padahal, proposal itu
juga bisa digunakan untuk menggaet pihak sponsor supaya ikut membantu mendanai
kegiatan ini. Apalagi even ini kelasnya internasional.
Dengan adem ayem-nya
persiapan BEC, secara otomatis juga akan mempengaruhi nilai dan bobot dari
acara ini. Apalagi bila nantinya agenda besar ini ternyata tak bisa
mendatangkan para wisatawan untuk berbondong-bondong menuju ke bumi berjuluk The Sun Rise of Java. Rasanya ada
sesuatu yang hilang manakala agenda dengan atraksi spektakuler yang disuguhkan
tidak banyak ditonton oleh wisatawan dikarenakan kurang optimalnya promosi dan
kerjasama dengan jajaran terkait. Terutama dengan kalangan biro perjalanan
wisata dan perhotelan.
Karena itu, pada sisa waktu yang cukup singkat ini, harus
ada terobosan berani dari panitia pelaksana, khususnya dalam melakukan gebrakan
promosi. Termasuk, bantuan dari instansi terkait dan instansi pendukung di
lingkungan pemerintahan agar agenda ini gebyarnya bisa lebih terlihat dan
didukung oleh masyarakat luas. Sebab, bila agenda BEC pertama ini sukses, pasti
akan membawa pengaruh yang lebih kuat pada pelaksanaan BEC tahun berikutnya.
Semoga. (cho@jawapos.co.id)
Komentar