Memupuk Kolusi dan Harmoni
Oleh: A. Choliq Baya
Tak hanya putra daerah yang sedang mudik saja
yang diperhatikan, mereka yang berada di perantauan juga mendapatkan perhatian dari
bupati. Terutama mereka yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Banyuwangi
(Ikawangi). Dalam paguyuban ini juga banyak putra daerah yang jadi pejabat
pemerintah, militer, politisi, pengusaha, seniman dan orang-orang berpengaruh.
Biasanya, bupati juga menyempatkan hadir dalam acara yang digelar Ikawangi,
khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Denpasar.
Salah satu agenda kegiatan yang beberapa hari
lalu dihadiri bupati adalah acara halal bihal dan pentas seni di Taman Mini
Indonesia Indah (TMII) yang diselenggarakan Ikawangi Jakarta. Selain itu,
bupati juga sering menghadiri acara-acara peringatan hari besar keagamaan yang
dipadu dengan pementasan kesenian daerah yang digelar Ikawangi Bali. Di forum
seperti itu, bupati bisa menginformasikan perkembangan pembangunan yang telah
dicapai Banyuwangi. Juga mengajak warganya yang sukses di perantauan untuk
peduli dan mau membantu membangun daerah asalnya.
Jadi, kehadiran kepala daerah di acara
paguyuban yang digelar Ikawangi bisa memompa semangat sekaligus kebanggaan yang
luar biasa bagi para perantau terhadap daerahnya.
Apalagi, bupati pada era sebelumnya tidak pernah hadir secara langsung alias
selalu diwakilkan. Model pendekatan sambung rasa, mempererat ukhuwah dan tali
silaturrahmi yang diterapkan oleh bupati ini ternyata dampaknya sangat positif.
Para perantau yang merasa diperhatikan ini tentu tak akan melupakan begitu
saja.
Mereka yang punya posisi decision maker di instansinya langsung
bisa memberikan sumbangsih yang konkret. Seperti merealisasikan program
unggulan di instansinya untuk diterapkan atau diujicobakan di bumi berjuluk The Sunrise of Java. Sedang anggota
Ikawangi yang lain bisa membantu mencarikan jalan yang diharapkan bisa
menunjang terjadinya percepatan pembangunan di segala sektor. Apakah itu
membantu mempromosikan potensi daerah, membuka usaha baru di Banyuwangi, mencarikan
investor, dan lain sebagainya.
Salah satu hasil konkret yang diperoleh dari
hasil ‘’sambung rasa’’ dengan para
perantau adalah bakal diwujudkannya program Banyuwangi
Cyber Village (BCV). Yaitu, pemasangan piranti wifi di seribu titik, masing-masing berkekuatan 10 megabyte (MB). Titik-titik wifi yang bisa diakses secara gratis
oleh masyarakat itu dipasang di ruang terbuka hijau dan fasilitas publik yang
tersebar di luas di Banyuwangi. Saat ini sudah terpasang di 100 titik, tapi
kekuatannya baru 3 MB. Rencananya kecepatan jelajahnya akan ditingkatkan menjadi
10 MB per detik dengan menggunakan fiber
optic.
Realisasi program BCV ini tak
lepas dari peran Dirut PT Telkom Arief Yahya yang merupakan orang asli
Banyuwangi. Setelah mengikuti pertemuan warga Bayuwangi di perantauan yang
diselenggarakan bupati di pendopo saat lebaran Idul Fitri lalu, Arief langsung
menjanjikan kota kelahirannya sebagai kota IT. Pemasangan wifi di seribu titik itu, sebagian besar anggarannya akan diambilkan dari program corporate social responsibility (CSR) PT Telkom.
Program BCV yang pemasangan pirantinya akan
dimulai bulan depan ini diharapkan dapat mendorong percepatan akses informasi
oleh masyarakat. Anak-anak yang kurang mampu bisa mengakses informasi di
tempat-tempat umum. Melalui BCV diharapkan program Banyuwangi Cerdas bisa cepat
tercapai. Apalagi piranti wifi di
seribu titik ini merupakan yang terbanyak di Indonesia. Bahkan, secara
kuantitas dan kualitas mampu mengalahkan ibu kota Jakarta yang sudah
mendeklarasikan sebagai cyber city
tapi hanya punya 200 titik wifi di
area publik.
Tak
hanya itu, Telkom bersama Pemkab Banyuwangi juga menggagas program Banyuwangi Smart City (BSC). Konsep smart city itu meliputi e-government, e-education, e-health dan
e-zakat. Dengan konsep ini,
pemerintah daerah bisa melakukan pelayanan publik lebih cepat, praktis dan
terbuka. Konsep e-government misalnya,
meliputi aplikasi perkantoran, perpajakan, absensi berbasis RFID, dan portal
Pemkab Banyuwangi. Sedang e-education adalah
aplikasi sekolah meliputi modul siswa asuh sebaya (SAS), buku BOS, dan aplikasi
kampus.
Sedangkan
program e-health meliputi, aplikasi
rumah sakit terintegrasi dan aplikasi pelayanan kesehatan lainnya. Sementara
program e-zakat merupakan aplikasi
pengolahan zakat, sedekah, dan infak (ZIS) yang terintegrasi. Telkom ingin menjadikan
Banyuwangi sebagai model percontohan implementasi smart city di Indonesia. Tujuannya bisa menghadirkan pelayanan yang
cepat, efisien dan terbuka. Tentu ini sangat membanggakan warga Banyuwangi.
Harapan kita semua, semoga para putra daerah yang sukses di luar Banyuwangi tetap diakomodir dan diperhatikan keberadaannya oleh pemerintah daerah. Sehingga mereka merasa dihargai. Selanjutnya, akan tumbuh kepedulian dari mereka untuk berpartisipasi membangun tanah kelahirannya sesuai dengan keahlian dan kemampuan yang dimiliki. Kalau harmoni seperti ini bisa terus bertahan, saya yakin Banyuwangi akan mengalami kemajuan yang lebih cepat. (cho@jawapos.co.id)
Komentar