Drama Ego Partisan Wakil Rakyat
Oleh: A. Choliq Baya
RAKYAT Situbondo beberapa hari
terakhir ini disuguhi tontonan ‘’drama’’ memuakkan yang di-perankan oleh para
wakilnya di legislatif. Hampir sama dengan tahun-tahun sebelumnya, para anggota
dewan yang terhormat itu ‘’terlalu serius’’ dalam menyele-saikan tugasnya
membahas APBD 2012. Karena terlalu se-riusnya, kinerja mereka yang dituntut
untuk bisa menuntaskan pengesahan APBD 2012 tepat waktu, akhirnya tak pernah
bisa direalisasikan. Salah satu faktor molornya pembahasan APBD tak lepas dari
adanya ego partisan.
Tontonan ketidakkompakan yang
disuguhkan para wakil rakyat itu diawali dengan aksi sejumlah anggota Fraksi
Kebangkitan Nasional Ulama (FKNU) bermalam di ruang paripurna gedung DPRD
Situbondo. Dengan beralas dan berselimut sarung mereka melewatkan malam di
ruangan yang berada di lantai dua kantor DPRD. Mereka melakukan itu semua
sebagai bentuk protes dan keprihatinan terhadap sejumlah rekan mereka yang dianggap
tidak memiliki komitmen terhadap pengesahan APBD tepat waktu.
Perseteruan terkait pengesahan
APBD 2012 terus bergulir. Anggota FKNU dan Fraksi Karya Nurani (FKN) juga
memilih memboikot acara work shop
yang digelar DPRD Situbondo di Malang lantaran kecewa digelar mendadak. Termasuk,
alasan tiga hari menunggu jawaban eksekutif dianggap mengada-ada. Mereka
menuding pelaksanaan work shop sama
sekali tak mencerminkan nilai-nilai yang memperjuangkan kepentingan masyarakat
umum. Sebab, pembahasan APBD 2012 dianggap lebih urgen untuk dituntaskan lebih
dulu.
Sebagai bentuk kekecewaannya,
anggota FKNU dan FKN yang tidak ikut work
shop memilih duduk lesehan di depan pintu masuk gedung DPRD. Mereka berdalih,
hal itu dilakukan sebagai simbol jika kepentingan masyarakat kecil seringkali
diabaikan sehingga posisinya selalu berada di bawah.
Tontonan tidak lucu yang
disuguhkan wakil rakyat Situbondo, tidak berhenti sampai di sini. Aksi saling
balas karena ego partisan dan faktor kepentingan politis terus berlanjut seolah
ingin menunjukkan kedigdayaannya. Ketika para wakil rakyat dari kubu
‘’oposisi’’ (bukan penyokong bupati terpilih) menunjukkan niat baiknya untuk
melanjutkan persidangan, giliran anggota FKNU di Badan Anggaran (Banggar) tak
pernah hadir utuh. Puncaknya Sabtu malam (18/12) lalu, hanya ada seorang
anggota FKNU yang hadir.
Padahal, tahapan pembahasan KUA
PPAS menjadi pertaruhan bagi fraksi-fraksi yang partainya mengusung pemerintah
untuk benar-benar memperjuangkan kepentingannya. Kelompok ‘’oposisi’’ (FPP,
FKB, FPDIP dan FPD) menuding, kalau PPAS dikritisi lagi, mereka tidak tahu
karena tidak hadir. Buntutnya, kelompoknya yang akan dinilai menghambat. Padahal,
yang tidak serius adalah mereka.
Episode saling membalas yang
menyebabkan pembahasan APBD 2012 tak kunjung tuntas terus dimainkan oleh para
wakil rakyat Situbondo. Ketika mereka bersidang Senin malam (19/12), sejumlah
anggota fraksi dari kubu ‘’oposisi’’ yang duduk di Badan Anggaran (Banggar)
mengancam akan walk out. Penyebabnya
sepele. Mereka mengaku sangat kecewa dengan tidak hadirnya Sekda, Hadi Wijono
yang juga ketua Tim Anggaran Ekskutif. Kehadiran Wakil Bupati (Wabup) Rachmad
tidak cukup mengobati kekecewaan para wakil rakyat. Mereka tetap ngotot agar
pembahasan ditunda hingga Sekda bisa hadir.
Rasa kecewa terhadap Hadi Wijono
tampaknya bukan hanya karena tidak hadir. Dari sejumlah pendapat yang terlontar
di depan forum, mereka juga sangat sakit hati dengan pernyataan Sekda pada awal
pembahasan penjelasan PPAS, Jumat (16/12), lalu. Saat itu, Hadi mengajak
berhati-hati dalam penggunaan anggaran. Sebab, kegiatan jaring aspirasi
masyarakat (jasmas) mendapat perhatian khusus dari kejaksaan.
Keinginan anggota banggar dari
FKB, FPDIP, FPP dan FPD untuk memending pembahasan PPAS sebenarnya sudah
mendapat perlawanan sengit dari anggota FKN dan FKNU. Termasuk dari Hadi
Priono, wakil Ketua DPRD dari FPD. Mereka juga ngotot pembahasan penjelasan
PPAS dilanjutkan agar cepat selesai. Persoalan ketidakhadiran Sekda bukan
masalah substansial yang harus dibesar-besarkan. Sebab, pembahasan PPAS tidak
mensyaratkan kehadiran ketua Tim Anggaran. Namun, Ketua DPRD Zainiye tetap
memutuskan menunda rapat lanjutan pembahasan PPAS. Sejumlah pihak yang melakukan
interupsi, termasuk wabup tak dihiraukannya.
Drama yang diperankan para
anggota dewan dan eksekutif dengan karakter ego kelompok lebih menonjol ini sepertinya
masih terus berlanjut. Saya kurang bisa mengerti hati nurani para pemain drama
yang jadi wakilnya rakyat itu. Tidakkah mereka menyadari kalau rakyat yang
telah memilihnya itu sangat berharap banyak kepentingannya bisa diakomodasi.
Salah satunya berharap agar pembangunan di daerah yang dibiayai APBD ini bisa
berjalan dengan cepat dan optimal.
Beberapa program pembangunan yang
dianggarkan dalam APBD 2012 antara lain pembangunan pasar Asembagus Rp 19
miliar dan pembangunan ruko jalan Jawa yang terbakar Rp 7,5 miliar. Juga
program peemberdayaan rakyat miskin seperti jamkeskin sebesar Rp 6 miliar.
Termasuk proyek untuk memacu pembangunan di desa melalui program alokasi dana
desa (ADD) Rp 14,2 miliar dan tunjangan untuk aparatur desa Rp 13 miliar.
Dengan selalu tertundanya
pengesahan APBD di Situbondo yang disebabkan ego partisan wakil rakyat ini,
secara otomatis akan memengaruhi jalannya pembangunan. Mengingat, proyek pembangunan juga dibatasi oleh aturan dan waktu. Kalau
waktu yang tersedia sangat dekat dengan berakhirnya tahun anggaran, secara
otomatis tidak ada rekanan yang berani mengerjakan karena takut kena denda.
Akibatnya, anggaran yang sudah diposting di APBD tidak terserap dan harus
dikembalikan lagi ke kas daerah. Proyek pembangunan yang sudah disusun pun
menjadi sia-sia. Pada akhirnya, masyarakat yang dirugikan.
Padahal, sumber APBD itu salah satunya berasal dari pajak dan retribusi
yang dibayar rakyat. Kalau rakyat sudah merasa memenuhi kewajibannya lantas
pengelola negeri ini belum merealisasikan program pembangunan, jangan salahkan
kalau kemudian rakyat marah dan memboikot bayar pajak. Bahkan, yang lebih
ekstrem lagi, kalau melihat perilaku wakilnya di legislatif yang ‘’terlalu
serius’’ bermain drama, bisa jadi rakyat apatis. Salah satunya dilampiaskan
dengan tidak mau menyalurkan aspirasi politiknya saat pemilu legislatif nanti.
Karena itu, kita berharap kepada anggota dewan yang terhormat untuk menanggalkan
ego partisan ataupun kelompok, selanjutnya berpikir untuk membela kepentingan
rakyat dan kemajuan daerah. Termasuk, membuang jauh-jauh kebiasaan melakukan kongkalikong bernuansa KKN ataupun deal-deal politik yang lain. Baik itu
dengan sesama anggota dewan, eksekutif maupun dengan pihak lain. Semoga kali
ini hati nurani anggota dewan benar-benar tersentuh dan mau berpihak pada
kepentingan rakyat. (cho@jawapos.co.id)
Komentar