Angpao Lebaran yang Mencerdaskan
Oleh A. Choliq Baya
SUDAH menjadi tradisi di tengah-tengah
masyarakat, setiap Lebaran ada agenda silaturahmi; mendatangi sanak-keluarga,
kerabat, tetangga, dan handai-tolan. Tradisi yang banyak berkembang di Jawa ini
sering disebut dengan unjung-unjung.
Sementara itu, di kalangan pejabat pemerintah atau di beberapa instansi,
silaturahmi ini lebih dikenal dengan istilah open house. Biasanya, dilakukan di kediaman pejabat, pimpinan
instansi, dan kantor. Tujuannya, selain saling bermaafan juga untuk lebih
mendekatkan diri antara pimpinan dan rakyatnya maupun dengan anak buah dan
keluarganya.
Acara unjung-unjung atau open house ini biasanya dilakukan setelah salat Id. Umumnya,
silaturahmi ini dikemas dengan agenda lain, seperti reuni atau temu kangen dan
pertemuan bani (keluarga besar). Yang
menarik, pihak yang didatangi kerap memberi angpao
kepada anak-anak. Nilainya tentu saja disesuaikan kemampuan. Meski demikian, angpao bukanlah suatu keharusan
mengingat tidak semua orang bisa melakukan.
Karena itu,
Lebaran juga menjadi ‘’pestanya’’ anak-anak setelah menjalani puasa Ramadan
maupun belajar menjalani ibadah puasa. Saya sebut ‘’pesta’’ karena anak-anak
banyak yang bergembira ria dengan membawa banyak uang baru yang didapat dari
hasil unjung-unjung dan ikut open house orang tuanya. Sayang, uang
itu banyak yang tidak termanfaatkan dengan benar, karena orang tua kurang
kontrol.
Ada yang
digunakan membeli jajanan kurang
sehat, membeli mainan yang tidak memiliki nilai edukasi, dan membeli kebutuhan
lain-lain yang tak ada nilai manfaatnya. Tentu hal itu sangat disayangkan.
Apalagi, pasca Lebaran biasanya banyak anak-anak yang terserang radang
tenggorokan karena memakan jajanan
yang tidak sehat. Sebab, kecenderungan anak-anak kalau sudah memegang uang,
pasti ingin membeli sesuatu yang menjadi kesukaannya. Kalau orang tua lengah,
itu bisa membahayakan sang anak.
Ada langkah bijak
dan edukatif yang bisa dijadikan solusi terkait angpao Lebaran. Apa itu? Salah satunya memberi angpao kepada anak-anak dalam bentuk buku bacaan. Solusi ini
beberapa waktu lalu pernah disampaikan salah seorang teman yang sangat peduli
dengan perkembangan anak. Teman saya yang ahli mengelola manajemen rumah sakit
itu pun berencana menerapkan itu pada Lebaran ini. Menarik juga, kata saya.
Sekarang, dia pun tengah berburu buku yang cocok diberikan kepada anak-anak.
Lebaran
sebelumnya, rekan saya tersebut juga memberi angpao Lebaran kepada anak-anak dalam bentuk yang cukup inspiratif
dan motivatif, yaitu berupa celengan
dengan sejumlah uang di dalamnya. Tujuannya, agar angpao Lebaran bisa langsung ditabung di celengan itu. Nah, jika
ada keperluan mendesak, tentu uang itu bisa dimanfaatkan. Ini pelajaran
berhemat sekaligus edukasi dalam mengelola uang.
Angpao Lebaran dalam bentuk buku bacaan,
manfaatnya juga tak kalah mulia. Salah satu tujuannya adalah agar anak-anak
tidak konsumtif sekaligus menghindarkan diri mereka dari kebiasaan membeli jajanan yang tidak sehat. Bahkan, solusi
ini memiliki nilai edukasi yang cukup tinggi, karena memotivasi anak gemar
membaca sekaligus meningkatkan pengetahuan alias menambah ilmu. Dengan kata lain, model angpao Lebaran seperti ini bisa mencerdaskan anak-anak.
Selain angpao, bingkisan Lebaran yang biasanya
dalam bentuk parcel berisi makanan dan minuman (mamin) seharusnya juga
dipertimbangkan manfaatnya bagi yang menerima. Memang, parcel yang beredar
beberapa tahun belakangan sudah tidak mutlak dalam bentuk mamin. Ada yang
berupa perangkat busana ibadah, tea set,
tempat kue, elektronik, perlengkapan tempat tidur, maupun produk hasil usaha si
pemberi parcel. Termasuk, ada juga parcel yang berisi buku-buku bacaan.
Barang kali ada angpao dan parcel dalam bentuk lain yang
bisa menginspirasi dan memotivasi si penerima agar lebih dinamis dan produktif
dalam menjalani kehidupan, menurut saya itu akan lebih baik. Apalagi, bila bisa
menggairahkan iklim usaha, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan penerima di
masa mendatang. Sehingga, mereka tidak sekadar menerima apa adanya, tapi ada
nilai tambah bagi masa depannya.
Pertanyaannya, sudah
sesuaikah semua pemberian itu? Termasuk pemberian zakat dan sedekah dalam
bentuk uang kepada yang berhak menerima? Ini yang perlu dikaji sekaligus
menjadi perhatian kita bersama. Itu semua dimaksudkan agar apa yang kita
berikan tidak salah sasaran dan benar-benar membawa manfaat bagi penerima. Termasuk
membawa manfaat bagi kemajuan negeri ini di masa mendatang. Wallahu a’lam bissawab. (cho@jawapos.co.id)
Komentar