CABUP GOMBAL MUKIYO

SUHU politik di Bumi Blambangan mulai menghangat. Ini tak lepas dari adanya pemilihan bupati (pilbup) yang rencananya digelar pada 14 Juli mendatang. Meski pelaksanaannya masih kurang sekitar lima bulan lagi, tapi gaung dari pesta demokrasi ini sudah sangat terasa sejak lama. Hal ini bisa dilihat dari aktivitas beberapa tokoh yang melakukan pencitraan diri dengan harapan bisa mendongkrak popularitasnya untuk bisa maju menjadi calon bupati (cabup).

Selain ada yang melakukan promosi di media massa, para calon juga memasang baliho bergambar dirinya di tepi jalan atau tempat-tempat strategis. Tak jarang pula di antara mereka yang menggelar beberapa kegiatan sosial, pengajian umum, mengunjungi pasar, atau tempat-tempat keramaian. Di tempat itu mereka bagi-bagi bantuan dalam bentuk uang, sarung, jilbab, sembako hingga memfasilitasi pembangunan prasarana umum. Ada juga yang hanya bagi-bagi stiker, kalender dan alat peraga lain dengan harapan bisa dikenal sekaligus mencari simpati dari masyarakat luas.

Cara-cara seperti di atas, memang sah-sah saja dilakukan senyampang KPU belum mengesahkan secara resmi cabup yang bakal bertarung pada Pilkada Banyuwangi 2010. Dan, memang seharusnya sosialisasi visi misi, pengenalan diri sekaligus pencitraan diri dilakukan lebih awal agar warga masyarakat lebih mengenal para calon pemimpin yang akan dipilih dalam pilbub nanti.

Meski demikian, ada juga calon yang masih malu-malu dan tidak berani terang-terangan menyatakan all-out maju dalam pilbub. Mereka ada yang bersikap wait and see, menunggu sambil melihat peluang yang muncul. Hal ini untuk menjaga finansialnya agar tidak terbuang sia-sia bila. Selain itu juga bisa terhindar dari rasa malu manakala dirinya gagal mendapat rekomendasi dari partai. Semua itu merupakan bagian dari strategi yang diterapkan para kandidat.

Tapi, sejak ada partai yang membuka penjaringan dan pendaftaran cabup dan cawabup, para kandidat mulai tampil lebih berani untuk menampakkan diri. Diawali dari rakercabsus PDIP yang mengusulkan nama Ratna Ani Lestari (Bupati Banyuwangi saat in) di urutan pertama dan Abdullah Azwar Anas (mantan anggota DPR RI) di urutan kedua sebagai cabup yangh dinominasikan. Nama keduanya kini telah diusulkan ke DPP PDIP untuk dimintakan surat rekomendasi. Siapa yang bakal direstui menjadi cabup dari PDIP? Kita tunggu saja hasilnya.

Suasana makin semarak ketika Partai Demokrat juga membuka pendaftaran cabup dan berhasil menjaring enam nama. Masing-masing Jalal (Kadis PU Pemprov NTB), Satiyem (mantan Kabag Humas Pemkab Banyuwangi), Adil Ahmadiyono (Ketua Partai Demokrat Banyuwangi), Sandi S Hasan (dosen STAIN Jember), Ratna Ani Lestari (Bupati Mojokerto) dan Imam Misbah (notaris).

Keenam calon yang sudah memenuhi persyaratan administrasi itu nantinya bakal diseleksi lebih ketat lagi, kemudian diusulkan ke pengurus DPP. Untuk mengetahui tingkat elektabilitas para cabupnya, kemungkinan PD akan membuka kesempatan bagi warga Banyuwangi untuk ikut memberikan masukan ddan dukungan. Masukan dan dukungan yang tinggi, tentu bisa dijadikan bahan berharga untuk menentukan siapa calon yang paling layak diusulkan ke penguurus DPP untuk dimintakan surat rekomendasi.

Di luar dua partai besar itu, tidak ada lagi partai yang secara mandiri bisa mengusung cabup, sebab kursinya di parlemen tidak mencapai delapan. Karena itu, mereka harus melakukan koalisi dengan partai lain. Namun, beberapa partai yang kursinya lumayan besar di bawah PD dan PDIP seperti Partai Golkar (7 kursi), PKB (6 kursi), PKNU (5 kursi), Gerindra (5 kursi), belum membuka pendaftaran cabup secara terbuka. Tapi, kasak kusuk dukungan terhadap beberapa calon yang muncul sudah mulai mengemuka.

Di luar jalur partai, kabarnya ada enam calon yang bakal maju lewat jalur independen. Tim sukses mereka bahkan sudah ada yang bergerak dengan mengumpulkan foto kopi KTP. Namun, di lapangan ternyata ada masalah terkait keabsahan KTP. Sebab, di Banyuwangi saat ini ada dua pihak yang mengeluarkan KTP, masing-masing dari kecamatan dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil). Mana yang diakui, masih belum jelas.

Tapi, sesuai dengan Perpres RI No. 25/2008 tentang Tata Cara Pendaftaran Penduduk, yang lebih legitimate (sah) adalah KTP yang dikeluarkan Dispendukcapil. Kalau ini yang dijadikan pijakan, maka akan menimbulkan protes, khususnya dari pihak calon independen. Konon kabarnya, foto kopi yang didapat dengan susah payah oleh calon independen, kebanyakan berasal dari KTP yang dikeluarkan kecamatan. Kalau sudah seperti ini, tentu sistem manajemen pemerintahan yang kurang beres.

Terlepas dari itu, banyaknya kandidat yang berminat menjadi orang nomor satu di Banyuwangi patut diapresiasi. Dengan begitu, rakyat bisa menemukan banyak pilihan. Rakyat juga akan mencerna visi misi, kualitas dan kapabilitas para calon. Sehingga, hal ini akan menambah kedewasan rakyat dalam berdemokrasi dan berpolitik. Meski, dari sudut pandang agama Islam, yang namanya pemimpin itu tidak layak menawarkan diri, apalagi sampai berambisi. Apalagi lagi bila dia tidak tahu diri dengan kemampuan yang dimiliki, yang muncul hanya syahwat menjadi penguasa. Jelas, calon pemimpin seperti ini tidak akan amanah meski jargon yang digembar-gemborkan membela kepentingan rakyat. Itu jargon gombal mukiyo!

Karena itu, rakyat perlu mengkaji ketulusan, keikhlasan, kepedulian, kualitas dan kapabilitas para kandidat yang muncul berebut kekuasaan. Jangan hanya terkecoh oleh janji manis, sikap sok merakyat maupun bantuan-bantuan politis dari sang calon. Bantuan tetap saja diterima, tapi untuk memilih mereka pada 14 Juli nanti, tolong dipertimbangkan yang nantinya benar-benar bisa membawa kemaslahatan umat ke arah yang lebih baik.

Bagaimana cara mengkaji agar menemukan pemimpin yang baik? Biarkan saja berjalan secara alami. Sebab, proses mencari pemimpin yang baik dengan diteropong dari berbagai sudut pandang inilah yang bisa menjadikan rakyat kita lebih dewasa, khususnya dalam berdemokrasi. Proses ini juga merupakan bagian dari pembelajaran sekaligus pendewasaan rakyat dalam berpolitik. Semoga rakyat tidak salah pilih. (cho@jawapos.co.id)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prostitusi Kota Santri

Wartawan Abal-Abal

Promosi di Media Berkelas