Semangat Baru Garap Potensi Wisata
DUA kabupaten bertetangga yang sama-sama dipimpin bupati baru, Banyuwangi dan Situbondo, selasa malam (2/11) lalu mendapat penghargaan Anugerah Wisata Nusantara (AWN) 2010 dari Pemprov Jatim. Bumi Blambangan dinobatkan sebagai pemenang AWN untuk kategori The Most Outstanding Award (daya tarik wisata alam) berkat keeleokan Pantai Sukamade yang di dalamnya ada penangkaran penyu hijau. Di acara yang sama, daerah santri Situbondo berhasil meraih penghargaan The Best Ten of The Year on The Achievement of Tourism Development (10 terbaik pengembangan pembangunan sektor pariwisata) 2010 berkat pengelolaan yang bagus dari tempat wisata Pantai Pasir Putih.
AWN yang diselenggarakan secara rutin setiap setahun sekali itu dimaksudkan untuk memacu dan meningkatkan sektor pariwisata yang ada di daerah. Sebab, sektor ini diharapkan bisa memberikan kontribusi positif, khususnya sumbangan PAD ke kas daerah. Selain itu, dengan pengelolaan pariwisata yang profesional dan didukung promosi intens, tentu bisa mengangkat nama daerah ini dikenal luas. Tidak hanya tersohor di negeri sendiri tapi bisa sampai ke luar negeri sebagaimana Pulau Bali yang namanya lebih dikenal dari pada nama Indonesia.
Apakah Banyuwangi dan Situbondo bisa seperti Bali atau Lombok yang semakin banyak dikunjungi wisatawan manca negara (wisman)? Saya kira, tidak ada kata tidak bisa. Lebih-lebih untuk wilayah Banyuwangi yang banyak memiliki potensi alam eksotik. Apalagi, keberadaan Banyuwangi juga didukung kondisi geografis yang sangat menguntungkan karena berhimpitan dengan Pulau Bali. Sehingga, peluangnya cukup besar untuk menerima limpahan turis dari Pulau Dewata. Selama pemerintah beserta stakeholder punya semangat, kemauan dan upaya untuk berbenah, pasti bisa.
Ya, Banyuwangi dan Situbondo sama-sama punya potensi wisata yang bisa dijual ke dunia international. Misalnya wisata Gunung Ijen yang masuk wilayah Situbondo, Banyuwangi dan Bondowoso, sudah tidak diragukan lagi keelokannya. Saat saya mendaki ke puncak Ijen bersama teman-teman Radar Banyuwangi pada Agustus lalu, ternyata banyak rombongan wisman yang datang ke sana. Umumnya dari negara Eropa seperti Perancis, Belgia, Belanda, Italia, Swis dan Denmark. Ada juga yang datang dari Amerika, Jepang, Korea dan Cina.
Bahkan, kabar yang lebih menggembirakan, ternyata Hotel Ijen Resort di wilayah Licin, Banyuwangi, sampai tidak bisa menampung luapan wisman yang akan mendaki ke Ijen. Sampai-sampai para wisman itu menginap di rumah-rumah penduduk di sekitar hotel. Tak hanya itu, hotel-hotel di wilayah Banyuwangi kota juga banyak mendapat limpahan tamu wisman yang akan mendaki ke puncak Ijen. Begitu pula dengan kendaraan carteran pengangkut turis ke arah Gunung Ijen yang didominasi mobil jeep 4 WD, sampai kekurangan armada. Padahal, setiap harinya paguyuban armada 4 WD ini mengerahkan armada tak kurang dari 40 kendaraan untuk mengangkut wisman dari Banyuwangi ke Pal Tuding (lereng Gunung Ijen).
Itu menunjukkan betapa besarnya potensi wisata Gunung Ijen. Tapi anehnya, jalan dari arah Licin, Banyuwangi menuju ke sana masih amburadul alias rusak berat. Padahal, perputaran uang dari turis sudah bisa dinikmati saat mereka menginap di hotel yang ada di wilayah Banyuwangi, termasuk dari menyewa kendaraan jeep 4 WD. Selain itu, Banyuwangi maupun Situbondo juga masih bisa mengharapkan tambahan pemasukan dari para turis dengan membuka penginapan atau hotel yang lebih representatif serta pusat penjualan souvenir di Pal Tuding.
Sayangnya, optimalisasi untuk mendukung potensi wisata Gunung Ijen itu belum juga dilakukan. Bahkan, ada pungutan-pungutan tidak wajar yang bisa mencoreng imej tempat wisata yang sudah dikenal di dunia international. Salah satunya adalah pungutan kepada turis yang membawa kamera. Saya kurang tahu persis, apakah pungutan itu memang resmi atau liar, dalam arti hanya permainan oknum petugas Taman Nasional atau memang ada aturan resminya. Kalau Itu aturan resmi, tentu sangat disayangkan. Apalagi, masalah itu pernah dikeluhkan oleh teman-teman jurnalis, para fotografer maupun beberapa turis asing.
Sebab, keindahan obyek foto yang mereka dapatkan dari Gunung Ijen, tentu tidak sekedar dinikmati sendiri, melainkan disebarluaskan sebagai karya seni yang bisa dinikmati khalayak. Dan, itu berarti sama halnya dengan mempromosikan potensi wisata yang ada di Gunung Ijen secara gratis. Bahkan, itu juga bisa mempengaruhi orang-orang yang melihat keelokan Gunung Ijen untuk datang berwisata ke sana. Tapi, kalau yang mencuat ke khalayak ada pungutan atau sisi-sisi negatif lain, pasti membuat orang enggan datang.
Sementara Pantai Pasir Putih yang ada di Kecamatan Bungatan Situbondo, juga menjadi primadona kunjungan wisatawan. Selama ini pengunjungnya memang masih banyak didominasi wisatawan lokal, tapi arus wisman sepertinya terus bertambah. Mereka pasti lebih tertarik bila yang ditawarkan tidak hanya wisata pantai dengan aneka perahu layar, perahu kaca untuk melihat aneka flora dan fauna yang ada di laut, serta aneka souvenir dari laut. Salah satu paket wisata yang bisa dijual adalah diving (penyelaman). Konon kabarnya terumbu karang dan biota laut yang ada di Pasir Putih juga cukup indah nan eksotik. Karena itu, perlu disediakan petugas selam sekaligus peralatannya untuk menampung para turis yang punya hobi menyelam. Termasuk menjaga ekosistem yang ada di Pantai Pasir Putir dari tangan-tangan jahil.
Dibanding Situbondo, Bumi Blambangan Banyuwangi memiliki potensi wisata alam jauh lebih banyak. Namun, kondisinya masih banyak yang belum tergarap secara optimal. Bahkan, upaya dan perhatian terhadap potensi wisata pada era kepemimpinan Bupati Ratna Ani Lestari, masih jauh dari harapan. Terbukti, anggaran yang diplot untuk Dinas Pariwisata sangat kecil. Bahkan, konon kabarnya nilainya paling kecil di antara satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) yang ada di Pemkab Banyuwangi. Sehingga, hampir tidak ada yang bisa diberdayakan dan dioptimalkan untuk bisa mendongkrak potensi wisata alam yang ada di Banyuwangi. Termasuk potensi wisata seni budaya dan sentra-sentra kerajinan khas daerah ini.
Karena itu, lokasi wisata alam seperti Pantai Bedul yang sangat indah dengan tanaman mangrovenya, Pantai Sukamade yang banyak penyu hijaunya, Pantai Watu Dodol yang sering dipakai transit dan refreshing orang yang akan berlibur ke Bali maupun ke Banyuwangi, Pantai Blimbingsari yang sangat dikenal dengan ikan bakarnya, maupun Pantai Plengkung yang banyak didatangi peselancar dunia, kurang bisa dioptimalkan untuk mendongkrak PAD. Belum lagi lokasi wisata yang lain seperti Pantai Grajakan, Pantai Pancur, Pantai Boom hingga Pulau Merah yang juga kondisinya memprihatinkan. Itu semua dikarenakan kurangnya penanganan yang serius dari pemerintah, termasuk diabaikannya akses jalan menuju ke tempat wisata yang rata-rata kondisinya saat ini rusak berat.
Padahal, potensi wisata alam yang saya ceritakan di atas seharusnya bisa menampung luberan turis dari pulau Bali, apalagi bila ada upaya membentuk jaringan dengan agen wisata. Dan, tidak menutup kemungkinan, bila lokasi wisata beserta sarana pendukungnya, termasuk jaringan wisatanya sudah terbangun dengan rapi, para turis akan lebih banyak datang ke Banyuwangi. Terlebih lagi, bila lapangan terbang Blimbingsari sudah bisa dioperasikan untuk penerbangan komersial, pasti peluang meraup PAD yang lebih besar dari sektor pariwisata akan bisa diandalkan.
Salah satu contoh daerah yang bisa memanfaatkan luberan turis dari Bali adalah Pulau Lombok. Bahkan, beberapa turis yang biasa datang ke Bali, setelah tahu beberapa tempat wisata di Lombok cukup indah dan alami, akhirnya banyak yang langsung memilih datang langsung ke Lombok tanpa ke Bali. Sebab, Bali dianggap sudah terlalu padat. Tentunya, ini juga peluang cukup menggiurkan bagi Banyuwangi untuk bisa menampung luberan turis dari pulau Bali kalau pengelola wisata di daerah ini mampu memanfaatkannya.
Menurut hemat saya, kesempatan untuk menonjolkan kepariwisataan di Banyuwangi maupun Situbondo sudah seharusnya dilakukan secepatnya. Kalau perlu, dalam APBD 2011 mendatang pemkab sudah bisa menganggarkan dengan memilah lokasi wisata mana saja yang butuh penanganan dan polesan mendesak untuk dikembangkan. Apalagi, Pemprov Jatim juga akan memprioritaskan pembangunan di sektor pariwisata, salah satu yang dibidik untuk mendapatkan penanganan serius adalah Gunung Ijen dan Pantai Plengkung. Karenanya, pemkab juga harus bisa menyinergikan dengan program dari pemprov.
Gubernur Jatim Soekarwo maupun Wagubnya Saifullah Yusuf dalam beberapa kesempatan sudah menyampaikan keseriusannya dalam pengembangan potensi wisata di beberapa daerah. Termasuk pemberian AWN, salah satunya untuk memacu daerah agar lebih peduli dalam membangun maupun mengelola tempat-tempat wisata yang dimiliki. Dan, saya melihat kepedulian kepala daerah baru yang ada di Banyuwangi maupun Situbondo untuk mengembangkan dan memberdayakan tempat-tempat wisata cukup serius. Semoga, komitmen itu tetap terjaga dan juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, terutama para anggota dewan. (cho@jawapos.co.id)
*) Radar Banyuwangi, 5 November 2010
Komentar