Oleh: A. Choliq Baya CITRA wartawan di mata masyarakat akhir-akhir ini terus memburuk. Hal ini tidak lepas dari ulah tidak terpuji, bahkan melanggar hukum yang dilakukan oleh beberapa oknum wartawan atau oknum yang mengaku sebagai wartawan. Sebab, dalam menjalankan tugas, mereka telah mengabaikan kode etik jurnalistik (KEJ) yang seharusnya dijunjung tinggi. Anehnya, mereka banyak yang mengabaikan atau mungkin tidak tahu dan tidak mengerti dengan KEJ karena memang tidak pernah mendapatkan arahan ataupun pendidikan dari perusahaan tempatnya bekerja. Terlebih lagi bagi mereka yang mengaku sebagai wartawan dan sama sekali tak memiliki kemampuan menjalankan tugas jurnalistik, pasti tidak tahu KEJ apalagi sampai menjalankan dan mematuhi ketentuan-ketentuan yang ada di dalamnya. Ketidakpahaman terhadap KEJ inilah yang membuat wartawan beneran maupun wartawan gadungan merusak citra wartawan. Sebab, dalam menjalankan tugas di lapangan, mereka seringkali melakukan intimidasi, penipuan,...
Oleh: A. Choliq Baya HARI Jadi Banyuwangi (Harjaba) ke-240 bakal dijadikan pengungkit untuk ‘’mendeklarasikan’’ Bumi Blambangan sebagai kota kopi. Salah satunya dengan menggelar festival sangrai kopi tradisional. Gelar sangrai kopi tradisional bertema ”Sekali Seduh, Kita Bersaudara” ini akan melibatkan 240 peserta. Agar gebyarnya lebih menasional dan bersejarah, panitia akan mengundang Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk mencatat pemecahan rekor sangrai kopi dengan peserta terbanyak. Pengajuan pencatatan rekor sangrai kopi itu sudah diajukan panitia Harjaba ke MURI. Bahkan, pihak Muri sudah mengirim surat balasan. Isinya, dewan pertimbangan MURI sudah menggelar rapat. Hasilnya, MURI menerima usul pemecahan rekor sangrai kopi dengan peserta terbanyak yang akan dilakukan di bumi berjuluk the Sunrise of Java pada Sabtu 10 Desember 2012 mendatang, tepatnya di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah. Area yang digunakan adalah sepanjang 500 meter. Jumlah penyangrai direncanakan meny...
Oleh: A. Choliq Baya SELAMA ini Banyuwangi cukup dikenal dengan dunia magis dan mistiknya. Keampuhan para supra natural atau dukun asal Banyuwangi sudah begitu tersohor dimana-mana. Beberapa macam ajian bernuansa mistis yang bisa dipakai untuk memperdayai orang juga banyak kita temukan. Mulai dari santet, pelet, jaran goyang, sabuk mangir, dan masih banyak lagi. Kentalnya nuansa magic dan mistis itu terkadang membuat merinding orang luar yang akan bertugas di bumi bertajuk S unrise of Java . Imej Banyuwangi sebagai kota magic dan mistis itu hingga kini masih sangat terasa meski nuansanya sudah tidak sekental dulu. Sebab, kalau dulu orang yang akan pergi ke Banyuwangi banyak yang tidak berani terang-terangan karena takut dikira akan mencari paranormal. Tetapi, sekarang orang sudah tidak malu-malu lagi untuk menyebut akan datang ke Banyuwangi. Mengapa? Karena Banyuwangi sudah berubah cukup pesat, bahkan kini mendapat julukan baru sebagai surga investasi. Julukan baru it...
Komentar