Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2011

G-Land, Potensi Wisata yang Kurang Terurus

Gambar
Oleh: A. Choliq Baya NAMA pantai Plengkung atau lebih dikenal dengan G-Land yang berada di kawasan Alas Purwo, Banyuwangi Selatan, cukup lama menggelitik hati saya untuk datang ke sana. Cerita manis tentang indahnya ombak Pantai Plengkung yang banyak diminati wisatawan manca negara (wisman) , khususnya penghobi surving atau selancar, semakin membuat hati saya kesengsem . Rasa penasaran itu semakin menggebu menjadi sebuah kecurigaan ketika dua kali saya punya kesempatan untuk masuk ke Plengkung, tapi gagal karena ada imbauan tak boleh ke sana. Padahal, saat itu saya sudah berada di Alas Purwo, tepatnya di pos Pancur atau sekitar sembilan kilo meter lagi menuju Plengkung, ternyata tetap tak kesampaian. Ada apa ini? Adakah sesuatu yang disembunyikan? Begitulah pertanyaan yang sempat menggelitik hati saya. Mengingat, beberapa orang juga mengalami nasib serupa dengan saya, yakni tak bisa masuk pantai yang memiliki ombak terindah, tertinggi dan terpanjang di dunia setelah Pantai Ha

Potret Buram Penyusunan APBD

Gambar
Oleh: A. Choliq Baya MESKI bukan warga Situbondo, emosi saya rasanya ikut tercabik-cabik melihat eksekutif dan legislatif di kota santri yang tak kunjung tuntas merampungkan pembahasan APBD 2011. Kebiasaan molor menyusun dan mengesahkan APBD yang sudah berlangsung beberapa tahun ini, anehnya terus ‘’dipelihara’’. Meski kepala daerahnya sudah berganti baru, ternyata tidak ada semangat untuk memperbaiki sistem penyusunan dan pembahasan APBD yang ditunjukkan oleh eksekutif maupun legislatif. Akibatnya, rakyat Situbondo, selaku pemegang hak suara dalam pemilu legislatif dan pemilukada, banyak yang kecewa. Sebab, wakil rakyat dan pemimpin daerah yang mereka pilih tidak banyak membawa perubahan bagi daerah. Sejatinya, sangatlah wajar kalau kekecewaan itu kemudian mereka tumpahkan lewat aksi demo. Ya, beberapa elemen masyarakat yang diwakili kelompok mahasiswa, akademisi dan LSM sudah beberapa hari ini meluapkan kekecewaannya terhadap eksekutif dan legislatif. Termasuk, Wagub Jatim Sai

Memacu Minat Baca Masyarakat

Gambar
Oleh: A. Choliq Baya ADA pesan dan iming-iming menarik dari Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat melantik 14 kepala desa (kades) dari 10 kecamatan di Pendapa Shaba Swagata Blambangan, Rabu (2/2) lalu. Pesan khusus itu diantaranya adalah, kades harus bisa menyediakan perpustaan desa. Bagi kades yang sukses mendirikan perpustakaan desa dan berhasil meningkatkan minat baca warganya, bupati akan memberi penghargaan khusus. Meski tidak dijelaskan bentuk penghargaan khusus yang nantinya akan diberikan, pesan dan iming-iming bupati itu, menurut saya, sudah seharusnya direspon dan direalisasikan. Dalam pandangan hukum agama Islam, mungkin komitmen ini bisa dimasukkan dalam kategori sunnah muakkad . Kalau bupati memayungi imbauannya itu dengan menerbitkan perda atau perbup tentu akan lebih baik. Dan, status hukumnya akan menjadi lebih kuat, yakni dari sunnah muakkad menjadi wajib ain . Mengapa pesan atau imbauan yang mungkin bagi sebagian orang hanya terkesan formal dan klise in