Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2008

Gizi Buruk

MARAKNYA kasus gizi buruk yang menimpa balita dan anak-anak, sungguh sangat memprihatinkan. Apalagi, beberapa kasus yang muncul tidak hanya membawa anak-anak yang kekurangan gizi itu masuk ke rumah sakit, tapi juga membawanya masuk ke liang kubur. Ya, mereka meregang nyawa. Bahkan, ada kasus yang sangat tragis, tidak hanya si anak yang meninggal, tapi sang ibu juga ikut mati secara mengenaskan karena kelaparan. Bukan karena makanan di negeri kita tidak ada, melainkan karena keluarga itu tak mampu membeli makanan karena tak memiliki cukup uang. Kejadian tragis itu menimpa Ny Basse, seorang ibu yang sedang hamil tujuh bulan dan anaknya Bahir, 5 tahun, warga Jl Daeng Tata, Talamate, Makasar, Sulawesi Selatan. Istri tukang becak itu meninggal setelah tiga hari tidak makan, karena di rumah memang tidak ada yang bisa dimakan. Sedangkan Bahir, menyusul ke alam baka lima menit setelah ibu bersama janin yang dikandungnya menghembuskan nafas terakhir. Beruntung, tiga saudara Bahir, masing-masing

Peduli Lingkungan

KOTA Mojokerto kembali meraih penghargaan Wahana Tata Nugraha (WTN) untuk kali ketiga dengan klasifikasi kota kecil. Penghargaan tertinggi tingkat nasional di bidang ketertiban lalu lintas dan angkutan kota tahun 2007 itu diserahkan langsung oleh Wakil Presiden Yusuf Kalla kepada Walikota Mojokerto Abdul Gani Suhartono di Jakarta, Kamis lalu. Ini berarti, setahun setelah memimpin Kota Mojokerto, Abdul Gani beserta jajaran DLLAJ dan polantas berhasil memperbaiki sekaligus mempertahankan kinerja di bidang lalu lintas dan angkutan jalan. Termasuk memperbaiki infrastruktur pendukungnya. Sehingga, secara berturut-turut mulai tahun 2005, 2006 dan 2007 mendapatkan penghargaan WTN. Dan, di tahun 2008 ini kesempatan meraih WTN untuk kali keempat masih terbuka. Pengharaan ini juga tak lepas dari peranserta masyarakat Kota Mojokerto, khususnya dalam berprilaku tertib berlalu lintas. Meski, terkadang masih ada beberapa di antara mereka yang melanggar rambu lalu lintas. Seperti menerobos lampu mer

Krisis Energi

SEJAK beberapa minggu lalu hingga sekarang, warga masyarakat kelas bawah diombang-ambingkan oleh melonjaknya harga kebutuhan bahan pokok. Selain kebutuhan pokok yang berkaitan dengan pangan seperti beras, kedelai, telur, tepung, susu, dan minyak goreng, kebutuhan energi juga ikut-ikutan langka. Terutama kebutuhan energi minyak tanah (mitan) sebagai bahan bakar untuk memasak bagi kebanyakan masyarakat kelas bawah. Juga pasokan energi listrik untuk penerangan, peralatan elektronik, dan lain sebagainya yang mulai dikurangi karena terbatasnya pasokan BBM untuk menggerakkan mesin pembangkit listrik. Mitan menjadi barang langka, karena suplainya dari Pertamina sengaja dikurangi. Alasannya, subsidi yang diberikan pemerintah terhadap BBM yang banyak dikonsumsi masyarakat kelas bawah ini terlalu besar. Karenanya pemerintah telah melakukan program konversi BBM bagi masyarakat kecil yang biasanya memakai mitan dialihkan ke gas elpiji. Caranya dengan memberi kompor gas dan tabung elpiji 3 kg beser