Investor, Marketer, dan Kucing Garong
Oleh A.
Choliq Baya
PERTUMBUHAN ekonomi dan dunia usaha di Banyuwangi
semakin menjanjikan. Beberapa perusahaan mulai berani mengembangkan sayapnya di
sini. Sebab, daerah paling timur Provinsi Jawa Timur ini dianggap bisa menjadi
pendukung pengembangan ekonomi Indonesia bagian timur. Mengingat, sarana dan
prasarana pendukung di sini sudah cukup memadai meski masih perlu pembenahan
lagi, terutama terkait pelabuhan dan lapangan terbang yang lebih representatif.
Selain
faktor alam dan prasarana pendukung, ketertarikan para investor untuk menanam
modal di Kota Gandrung juga tak lepas dari ‘’rayuan maut’’ Bupati Abdullah
Azwar Anas. Dengan memanfaatkan pengalaman dan jaringan saat menjadi anggota
DPR RI, Anas sering ‘’berjualan’’ potensi daerah yang dia pimpin kini kepada
para investor. Termasuk, mengupayakan kucuran anggaran dari pemerintah pusat
untuk membangun Banyuwangi.
Tanpa
bermaksud membuat GR (gede rumongso)
bupati dan menafikan peran perangkat dan elemen masyarakat yang ikut andil
memajukan Banyuwangi, untuk urusan negosiasi dengan pemerintah pusat dan
investor, Bupati Anas patut diapresiasi. Kita semua harus mengakui kelebihan
itu. Tak banyak kepala daerah yang mampu melakukan tugas sebagai marketing agar
daerahnya dilirik dan didatangi investor. Apalagi, sampai akhirnya investor itu
jatuh hati dan mau menanamkan modal.
Anas
adalah salah satu bupati yang mampu melakukan peran itu. Buktinya, di Provinsi
Jawa Timur, bumi berjuluk The Sunrise of
Java ini kini menduduki urutan ketiga sebagai daerah yang paling diminati
investor setelah Gresik dan Surabaya. Padahal, Banyuwangi letaknya paling jauh
dari ibu kota Jatim alias berada di ujung timur Pulau Jawa. Selama ini, daerah
yang paling banyak dilirik investor umumnya berada di dekat ibu kota provinsi,
seperti Sidoarjo, Gresik, Pasuruan, Mojokerto, dan Lamongan.
Pasca
beroperasinya Bandara Rogojampi dan Pelabuhan Tanjung Wangi, beberapa investor
besar sudah berancang-ancang mengembangkan usahanya di Banyuwangi. Beberapa di
antaranya malah sudah ada yang beroperasi, seperti pabrik pengepakan semen di
Ketapang. Ada pula yang baru membebaskan lahan dan melakukan pembangunan, dan
ada pula yang sudah mendapat izin usaha. Umumnya, lahan industri yang disiapkan
berada di kawasan Wongsorejo. Ada pula yang di dekat Pelabuhan Ketapang.
Investasi
itu meliputi pengolahan sampah, pabrik semen, pabrik kecap, kawasan industri
terpadu, perakitan mobil, sekolah penerbangan, pabrik kertas, kilang minyak,
tambang emas, geothermal (panas
bumi), hotel berbintang, dan vila tepi pantai. Selain itu, usaha untuk memacu
perekonomian yang didukung pemerintah dan perbankan untuk masyarakat kelas
menengah ke bawah juga sudah mulai berjalan. Seperti, program kredit usaha
pembibitan sapi (KUPS) potong dan perah yang diberikan kepada kelompok
peternak.
Ada pula
pengembangan tanaman cabai dan tomat untuk petani yang biji cabainya sudah di-inden pembeli dari luar negeri.
Pemberian pinjaman modal usaha tanpa agunan kepada rakyat kecil juga sudah
banyak terserap. Sehingga, hal itu bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi
Banyuwangi yang di tahun 2011 kemarin melesat ke angka 6,32 persen (tahun
sebelumnya hanya 6,05 persen).
Pesatnya
kemajuan daerah ini juga diapresiasi Gubernur Jatim Soekarwo dan wakilnya
Saifullah Yusuf yang datang bersama para pengusaha properti asal Jakarta dan
Jatim di Banyuwangi pekan kemarin. Mereka banyak memuji langkah-langkah dan
terobosan yang dilakukan Bupati Anas dalam memimpin Banyuwangi. Bahkan,
gubernur juga berjanji akan menggelontorkan anggaran untuk membantu perbaikan
dan penambahan beberapa infrastruktur di Banyuwangi agar daerah ini semakin
cepat berkembang.
Selain
karena aktifnya kepala daerah dalam melakukan negosiasi kepada beberapa pihak,
kemajuan kota ini juga tak bisa dilepaskan dari berbagai potensi yang dimiliki
dan faktor kondusifnya keamanan. Meski kaya potensi alam, tapi kalau pengelola
daerah ini tidak bisa mempromosikan dan meyakinkan para investor, saya yakin
kemajuan dan perputaran roda ekonomi di daerah ini akan jalan di tempat. Pada
kondisi seperti ini, sangat tepat kalau kita memiliki sosok kepala daerah yang
bisa menjadi marketer.
Selain
itu, kita juga mengapresiasi warga Banyuwangi yang ikut berperan menciptakan
suasana kondusif. Kekompakan anggota forum pimpinan daerah (forpimda) dalam
mengantisipasi dan menyelesaikan permasalahan di daerah ini juga patut
dibanggakan. Partisipasi, kekompakan, dan saling memberikan dukungan, itu telah
menjadikan daerah ini aman sekaligus bisa menarik para investor menanamkan
uangnya di sini. Sebab, stabilitas keamanan menjadi kunci penting bagi investor.
Adanya
aksi unjuk rasa, apalagi sampai berbuntut anarkis, hanya akan memperburuk citra
daerah dan membuat investor enggan masuk. Ini bukan berarti warga masyarakat
dilarang melakukan unjuk rasa. Tapi, setiap langkah yang bisa menciptakan
gangguan terhadap upaya memajukan daerah harus diminimalkan. Selama yang
dipermasalahkan masih bisa ditempuh dengan dialog atau musyawarah, maka jangan
demo.
Meski
demikian, ada beberapa pihak yang tidak peduli dengan berbagai upaya yang
ditempuh dalam memajukan daerah ini. Setiap program atau upaya yang ditempuh
untuk memajukan daerah selalu dicurigai, dimentahkan, dan selalu dicari-cari
kelemahannya. Bahkan, tak jarang mereka melakukan ancaman kepada kepala SKPD
(satuan kerja perangkat daerah) atau mengirim surat pengaduan terkait
penyimpangan ke institusi penegak hukum data-data yang masih sumir.
Ternyata,
di balik semua itu ada kepentingan terselubung. Ada yang menjadikan itu sebagai
alat meminta proyek atau kompensasi lain. Elemen-elemen masyarakat seperti
inilah yang patut diwaspadai. Mereka tak ubahnya kucing garong, atau maling
teriak maling tapi berlagak sebagai pahlawan yang peduli terhadap kemajuan
daerah dan nasib rakyat kecil. Padahal, apa yang dilakukan itu sering kali
merusak kondusivitas yang sudah terbangun. Dampaknya, bisa mempengaruhi minat
investor dalam mengembangkan usaha di sini. Kalau itu terjadi, maka yang
dirugikan adalah masyarakat luas.
Oleh
karena itu, semua pihak harus memiliki pikiran dan hati yang jernih dalam
menyikapi proses pembangunan di daerah ini. Berikan masukan atau laporkan
kepada aparat yang berwenang manakala ada penyimpangan dengan niat tulus demi
kemajuan Banyuwangi yang lebih baik. Dan, bukan dengan cara menebar ancaman dan
mencari-cari kesalahan, selanjutnya bernegosiasi dengan tujuan meraih
keuntungan pribadi. (cho@jawapos.co.id)
Komentar