Merpati, Jangan Lagi Ingkar Janji
Oleh:
A. Choliq Baya
TRANSPORTASI udara dari Bandara Blimbingsari Banyuwangi ke Bandara
Juanda Surabaya atau sebaliknya semakin sering dikeluhkan. Para penumpang yang
dulunya banyak memanfaatkan jasa ini, sejak beberapa bulan lalu mulai kurang
bergairah. Kondisi ini bukan dikarenakan mereka tidak tertarik menggunakan jasa
penerbangan, melainkan lebih banyak dipengaruhi oleh layanan operator
penerbangan yang sering tidak konsisten. Terutama menyangkut jadwal terbang
yang sering berubah-ubah waktunya.
Padahal,
sejak penerbangan perdana dibuka pada Desember 2010 lalu, antusias masyarakat yang
memanfaatkan jasa ini cukup besar. Terbukti, jalur penerbangan reguler yang
awalnya hanya dilayani pesawat jenis twin otter berkapasitas 9 penumpang milik
maskapai Sky Avation, hampir selalu terisi penuh. Bahkan, empat bulan kemudian,
operator penerbangan Sky Avation yang melayani rute Surabaya – Banyuwangi –
Denpasar pergi pulang ini mengganti armada pesawat yang lebih besar, yakni
Fokker 50 berkapasitas 48 tempat duduk.
Dengan
alasan rugi, jalur Banyuwangi – Denpasar dan sebaliknya mulai 18 Juli 2011 dihentikan
untuk sementara. Sedang jalur Banyuwangi – Surabaya dan sebaliknya yang semula
dilayani empat kali seminggu dipangkas menjadi tiga kali. Adanya kekosongan
empat hari seminggu itu akhirnya diisi oleh operator penerbangan plat merah
Merpati Nusantara Airline (MNA). Sebelum lebaran Idul Fitri tahun lalu, MNA
mulai mengoperasikan pesawat baru MA-60 buatan Cina berkapasitas 52 kursi di
Banyuwangi. Merpati terbang selama empat hari dalam seminggu, mengisi
kekosongan yang tidak dimanfaatkan pesawat Sky Avation.
Tak
lama kemudian, pesawat Sky Avation menghilang dari Banyuwangi. Setelah menutup
jalur Banyuwangi – Denpasar, operator yang lebih banyak melayani carteran di
luar Jawa itu kemudian berlanjut menutup jalur Banyuwangi – Surabaya. Penutupan
jalur reguler ini konon kabarnya karena tidak menguntungkan, sehingga Sky
Avation lebih fokus melayani carteran. Sejak itu, jalur Surabaya – Banyuwangi
dan sebaliknya hanya dilayani oleh Merpati, seminggu empat kali.
Arus
penumpang yang memanfaatkan jasa penerbangan melalui Bandara Blimbingsari
sebenarnya cukup bagus. Terbukti, setiap penerbangan rata-rata kursi yang
terisi berkisar antara 70 – 80 persen. Penumpang yang memanfaatkan jalur udara
ini tidak hanya dari Banyuwangi. Ada pula yang datang dari Jember dan Negara,
Bali. Bahkan, tak jarang ada penumpang yang berangkat secara berombongan.
Sayangnya,
beberapa kali jam penerbangan berubah-ubah. Termasuk, jadwal penerbangan yang
semula seminggu empat kali berubah jadi tiga. Tak lama kemudian berubah lagi,
dari seminggu tiga kali menjadi empat kali. Belum lagi, faktor delay (penundaan) dengan berbagai alasan
yang juga tergolong agak sering. Kondisi ini tentu membuat penumpang yang sudah
biasa memfaatkan jasa penerbangan di Bandara Blimbingsari menjadi tidak nyaman.
Perubahan
jadwal dari maskapai Merpati ini seringkali tidak sampai kepada para penumpang.
Bahkan, agen tiketnya sendiri juga sering ikut bingung ketika ditanya perubahan
jam penerbangan oleh penumpang. Tak jarang ia juga kena dampaknya, yakni ikut
dimaki-maki penumpang. Salah satu agen tiket di Bandara Blimbingsari, juga tak
berani pasang iklan promosi untuk mendukung layanan usahanya karena Merpati terlalu
sering mengubah jadwal penerbangan.
Pernah
ada rombongan penumpang dari Jember yang terlantar saat memanfaatkan jasa
penerbangan melalui Bandara Blimbingsari karena pesawatnya tidak datang. Padahal,
mereka sudah mengantongi tiket Banyuwangi – Surabaya. Maunya ke Surabaya ingin
cepat, eh ternyata justru tambah lama. Masih ditambah hati dongkol lagi he..
he.. he..
Berkurangnya
antusias penumpang dalam memanfaatkan Bandara Blimbingsari akibat jadwal yang
sering bergeser, rupanya agak terobati ketika muncul berita Wings Air bakal
melayani rute Surabaya – Banyuwangi – Denpasar. Apalagi, rencana kehadiran
Wings Air ini tidak hanya melayani hari-hari kosong yang tidak diisi Merpati,
tetapi bakal hadir setiap hari.
Namun,
hingga kini Wings Air belum bisa merealisir keinginannya untuk melayani
penumpang dari dan ke Banyuwangi meski pihaknya sudah mengajukan izin ke Dirjen
Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Kabarnya, izin yang didapat Wings
Air hanya hari-hari kosong yang tidak diterbangi Merpati, padahal Wings ingin
terbang setiap hari. Kendala lain kabarnya juga menyangkut kode Bandara
Blimbingsari yang belum masuk jaringan penerbangan internasional. Sebab, kode
Bandara Blimbingsari yang terpantau di jaringan IT Wings Air masih sama dengan
kode bandara di salah satu negara kecil di Eropa.
Rencana
Wings yang ingin terbang dari Banyuwangi setiap hari tampaknya bakal kesulitan.
Pasalnya, pada 23 April lalu, direksi MNA memutuskan bakal melayani rute
Banyuwangi – Surabaya dan sebaliknya setiap hari mulai 1 Mei mendatang. Untuk
dua minggu pertama, sementara jam terbangnya masih menggunakan jadwal lama.
Yaitu, Surabaya – Banyuwangi pukul 13.25
– 14.15 WIB dan Banyuwangi Surabaya pukul 14.50 – 15.40. Sambil jalan, jam
terbang ini akan terus dikaji. Bahkan, kalau antusias penumpang bisa mencapai
90 persen kursi, Merpati berniat akan menambah jam terbangnya menjadi sehari
dua kali.
Tak
hanya itu, Merpati juga akan memindah home base pesawat MA-60 ke Bandara Blimbingsari. Selama ini, home base pesawat Merpati yang terbang
ke Banyuwangi berada di Bandara Juanda, Surabaya. Untuk memuluskan rencananya
itu, kemarin MNA mengirim tim untuk melakukan cross check ke Banyuwangi. Yang bakal dikaji, mempersiapkan teknis
perpindahan home base, mempersiapkan
tempat parkir pesawat, penginapan kru, dan persiapan lain.
Para penumpang,
umumnya Warga Banyuwangi, tentu sangat senang bila operator penerbangan yang
melayani rute dari dan ke bumi Blambangan semakin banyak. Dengan adanya
maskapai lebih dari satu diharapkan ada kompetisi yang ketat dalam memberi
pelayanan terbaik kepada penumpang. Tetapi, manakala nantinya hanya satu
maskapai yang diizinkan untuk beroperasi karena ada pertimbangan tertentu, kita
bisa memakluminya.
Harapan kita, Merpati
bisa merealisasi keputusannya dan konsisten dengan pelayanannya. Sehingga, keinginan
masyarakat yang tersirat seperti bunyi pomeo ‘’Merpati tak pernah ingkar
janji’’ benar-benar terwujud dan tidak berubah menjadi ‘’Merpati, jangan lagi
ingkar janji’’. Semoga. (cho@jawapos.co.id)
Komentar