Program Tahun Investasi Hanya Lips Service

MESKI bukan dari kalangan investor, hati saya ikut menggerutu, rasanya pedih dan terluka ketika membaca niat baik investor tidak mendapat respon dari Pemkab Banyuwangi. Berita headline di harian ini Rabu, 6 Oktober 2010 berjudul Kadin Tarik Investor Sampah, menunjukkan bukti kalau pemerintah memang tidak serius dalam membangun dan menyejahterakan warganya. Ini merupakan fenomena buruk dari banyak persoalan di daerah ini yang perlu mendapat perhataian serius seluruh elemen masyarakat, terutama para wakil rakyat yang ada di legislatif.

Betapa tidak, di saat kita menghadapi problematika sampah yang tak kunjung dapat solusi terbaik, pemerintah malah mengabaikan niat baik investor yang ingin membantunya. Padahal, apa yang akan dilakukan investor itu tidak hanya sebatas menangani pemusnahan sampah, tapi yang lebih berarti adalah mengelola sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Ya, kotoran rumah tangga itu setelah dipilah, bakal diproduksi menjadi pupuk organik yang sangat ramah lingkungan. Hasilnya, bisa didistribusikan kepada para petani untuk menyuburkan tanah dan tanamannya.

Hasil konkret dari apa yang telah dilakukan investor sampah yang ditarik Kadin Banyuwangi untuk menangani masalah sampah di Bumi Blambangan, sudah ada contohnya. Diantaranya, pabrik pengolahan sampah di Jember dan Bondowoso. Bahkan, produksi sampah yang diolah menjadi pupuk organik itu, diantaranya juga didistribusikan ke para petani yang ada di Banyuwangi. Per bulannya, pupuk organik yang dikirim ke Banyuwangi oleh pabrik pengolahan sampah di Jember ini berkisar antara 100 hingga 300 ton.

Selain berhasil menyelesaiakan persoalan sampah yang sering kali menimbulkan keresahan sosial, ternyata pengelolaan sampah ini juga berhasil menyumbang pendapatan asli daerah (PAD). Rata-rata setiap bulannya dari hasil pengelolaan sampah di Jember, pabrik bisa menyetorkan pemasukan Rp 20 juta ke kas daerah. Tentu ini juga merupakan nilai tambah yang harus disyukuri. Tapi, kenapa Pemkab Banyuwangi tak kunjung merespon niat baik investor?

Hingga kini, belum ada penjelasan detail tentang lambannya Pemkab Banyuwangi dalam merespon niat investor yang ingin mewujudkan pabrik pengolahan sampah. Yang muncul, baru respon sebatas tanggapan ringan dari Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Pemkab Banyuwangi yang sepakat dengan ide Kadin untuk menggandeng investor dalam mengelola sampah di daerah ini (berita Radar Banyuwangi, 7 Oktober 2010). Padahal, proposal penanganan sampah ini sudah lama diajukan oleh investor. Kenapa, tanggapan yang muncul hanya seperti itu? Memangnya proposal yang diajukan investor selama ini kemana? Apa tidak pernah dilihat, dipelajari dan dikaji?

Ada lagi tanggapan DPU yang cukup menggelikan. ‘’Apakah ada investor yang mau berinvestasi? Mengingat, produksi sampah di Banyuwangi relatif kecil.’’ Tanggapan itu terkesan asbun alias asal bunyi. Sebab, satu tahun lalu, investor sudah sanggup mendirikan pabrik pengolahan sampah menjadi pupuk organik di Banyuwangi yang dimediatori Kadin setempat. Namun, harapan itu belum dapat direalisasikan karena proposal yang diajukan investor hingga kini belum dapat respon dari Pemkab Banyuwangi. Ini berarti, investor sudah siap dan sedang menunggu lampu hijau dari pemerintah setempat. Tapi, yang ditunggu tidak segera memberi jawaban.

Sebelumnya, para investor yang berniat menanamkan modalnya untuk membuka usaha di sini juga banyak yang kecewa. Selain tak kunjung mendapat respon positif, masalah birokrasi yang berbelit juga menjadi sandungan investor. Sehingga, sangat wajar kalau pembangunan maupun pertumbuhan ekonomi di daerah ini berjalan lambat. Pasalnya, akses usaha yang bisa berimplikasi mengurangi pengangguran dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi masih banyak yang buntu. Salah satu diantaranya, kurang diresponnya investor yang ingin menanamkan modalnya di sini.

Kondisi ini sangat tidak sejalan dengan program Pemkab Banyuwangi sendiri yang pada tahun 2010 ini mencanangkan sebagai tahun investasi. Padahal, kian hari jumlah investor yang ingin masuk ke Banyuwangi terus bertambah. Tapi, yang dapat lampu hijau, apalagi sampai realisasi, hampir tidak terlihat wujudnya. Boleh dikata, upaya pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, khususnya melalui para investor baru, tak ubahnya jalan di tempat.

Padahal, sejak tahun 2009 kemarin, puluhan investor dari luar negeri sudah berniat menanamkan modalnya di Banyuwangi. Bahkan, beberapa diantaranya sudah melakukan koordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Para investor itu di antaranya datang dari Belanda, Swedia, New Zealand, Australia, Amerika, Thailand, Korea dan Maladewa. Sedang bentuk usaha yang akan digarap, diantaranya industri baja, industri perikanan, perkebunan kopi, resort, lapangan golf, kawasan wisata bunga, pembangkit listrik tenaga gas bumi, dan lain sebagainya.

Sayang, keinginan para investor itu hingga kini belum ada yang terwujud. Secara detail, saya kurang tahu dimana kendalanya. Tapi, dari beberapa masukan teman-teman yang ada di Kadin, good will dari pemerintah memang masih jauh dari harapan. Responnya lemah, kurang ada upaya jemput bola sebagaimana di beberapa daerah yang begitu antusias menyambut kedatangan investor. Sehingga, hal ini sangat bertolak belakang dengan pencanangan 2010 sebagai tahun investasi. Yang ada hanya lips service alias omong kosong.

Ketidakseriusan Pemkab Banyuwangi itu juga bisa dilihat dari kurang antusiasnya para eksekutif kita dalam menjual atau mempromosikan daerah ini ke luar. Termasuk ‘’menjual’’ sarana dan prasarana strategis yang ada di daerah ini agar bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan penambahan PAD. Misalnya memaksimalkan upaya beroperasinya pelabuhan peti kemas yang sudah ditunjang Peraturan Gubernur (pergub) dan lapangan terbang Blimbingsari yang sudah mendapat izin operasional untuk penerbangan komersial.

Apakah kondisi ini akan terus terjadi bila roda pemerintahan sudah beralih ke pemimpin baru? Kita semua tentu berharap tidak. Apalagi, dalam beberapa kali kesempataan kampanye, bupati terpilih Abdullah Azwar Anas selalu menyatakan kesiapannya menjadi seorang marketing. Ya, bupati baru yang akan dilantik pada 21 Oktober ini siap berjualan atau mempromosikan segenap potensi yang dimiliki Banyuwangi ke siapapun dan kemanapun. Semoga, kesiapan yang dilontarkan Kang Anas itu juga tidak sekedar lips service, tapi merupakan bagian dari komitmen yang bisa dipertanggungjawabkan.

Sebagai langkah penyegaran agar budaya dan aura dari penanganan investasi tidak mandek seperti sebelumnya, maka penguasa baru juga harus berani merombak personel-personel yang terkait dengan urusan investasi. Semoga Banyuwangi ke depan bisa menjadi surga bagi para investor, khususnya investasi yang bisa mendatangkan kemaslahatan dan kesejahteraan rakyat. (cho@jawapos.co.id)

*) Radar Banyuwangi, 8 Oktober 2010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nyapu Bareng

Memacu Minat Baca Masyarakat

Demokrasi Uang